HILDA (TIGA PULUH TUJUH)

Pertemuan Dua samudera Wafa merasa bersalah. Karena dia, Hilda berlari dan tersandung hingga terkilir, dan tadi karena dia mengagetkan Hilda, kakinya yang masih sakit malah kembali menendang meja. “Oh ya sudah, ibu hanya mengingatkan besok pengajian rutin karyawan laundry. Besok kamu bisa ngisi ngaji? Kalau kamu masih belum sehat biar diganti Aulia dulu atau biar…

Read More

HILDA (TIGA PULUH ENAM)

Memahaminya, Tidak Semudah Memecahkan Kode “Hilda, kenapa kamu tadi lari?” Wafa terengah-engah karena akhirnya ikut berlari, dia juga melihat Hilda yang masih menata nafasnya. Wafa merasa kasihan melihat Hilda masih memegang kakinya, dia sempat melihat Hilda tersandung sesuatu ketika berlari menaiki tangga halte. “Kakimu, apa baik-baik saja?” Wafa masih melihat Hilda mengelus-ngelus kakinya. “Tentu saja…

Read More

Meditasi di sebuah Kafe

Cerpen  Siwi Nurdiani*   Zara membutuhkan rasa pahit dari secangkir kopi. Untuk keinginan itu, ia harus pergi jauh dari kotanya. Ia juga butuh bicara dengan siapa saja biar beku dalam otak sedikit meleleh. Sayapnya telah lama tidak terbentang, bertegur sapa bersama angin di angkasa. Ia ingin kembali berada di antara rerimbun awan dan luas cakrawala,…

Read More

HILDA (TIGA PULUH LIMA)

Terperangkap Dalam Badai Lho! kenapa mas Wafa datang ke toko? Segera aku berlari menjauh dan bersembunyi di balik truk pengantar barang. Aku mengintipnya dari jauh, kulihat dia memanggil kang Sholihin. Di tangan mas Wafa ada 2 buah rantang dan satu plastik besar kemudian menyerahkannya kepada kang Sholihin. “Wah, terima kasih mas. Koq repot-repot diantar ke…

Read More

HILDA (TIGA PULUH EMPAT)

Haruskah Bersembunyi? Laporan penjualan hari ini sudah aku kirim ke pak Salim, sekarang tinggal menyelesaikan tugas kuliah untuk besok. Hari-hari yang kulalui di sini membuatku merasa lebih tenang. Kuliah dan kerja sungguh pengalaman hidup yang menyegarkan. Apalagi bu Yanah dan pak Salim yang baik hati selalu membuatku merasa nyaman. Di tambah kegiatan masjid yang cukup…

Read More

HILDA (TIGA PULUH TIGA)

Kekurangan adalah Anugerah “Lantas, apa teh Rere tidak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan dan keturunan juga?” “Hilda, aku akan bahagia jika suamiku bahagia.” “Bahagia yang mana yang sedang teteh bicarakan?” tanyaku yang membuatnya menatapku. “Apa maksudmu Hilda?” “Katakan padaku teh, apa teteh mencintai suami teteh?” “Aku sangat mencintainya,” jawabnya dengan tatapan mata yang meyakinkan. “Apa teteh…

Read More

HILDA (TIGA PULUH DUA)

Aku Bukanlah Solusi Setelah selesai makan, teh Rere semakin mengatakan hal-hal yang membuatku tidak nyaman. “Bagaiman kang, Hilda orangnya cantik, pintar dan juga sopan iya kan?” katanya menanyakan tentangku kepada suaminya. “Saya mau ke belekang dulu ya,” kata suaminya sambil pergi meninggalkan kami berdua. “Teh, jangan gitu dong, saya jadi sungkan, kenapa sejak awal sampai…

Read More

HILDA (TIGA PULUH SATU)

Qurrotu ‘Aini Aku kembali mengangkat tangan dan mengucap takbirotul ihrom, namun rakaat kali ini membuat tubuhku menggigil dan kakiku lemas. Pikiranku kini pada tubuh yang mulai tidak bisa aku kuasai, aku pelankan gerakan sholatku dan dalam sujud terakhir aku benar-benar merasa berat di kepalaku, kuangkat pelan tubuhku untuk melakukan tahiyat namun tiba-tiba ruangan ini berputar…

Read More

HILDA (TIGA PULUH)

Luka adalah Tempat Cahaya Hilda Episode 30 Syam tidak mengejarku atau nenek melarangnya untuk mengejarku, aku sudah tidak peduli. Aku pun tidak berharap Syam mengejar dan menghentikan langkahku. Aku mulai kembali membenci diriku, membenci keadaan, membenci sebuah  mimpi, bahkan aku kembali membenci takdir. “Awas mbak!!!!” Seorang perempuan menggeret tanganku dengan keras, aku pun terlempar kearahnya….

Read More

HILDA (DUA PULUH SEMBILAN)

Membaca Hati Melalui Mata “Wala budda li tholibi al-‘ilmi  min al-muwadzobati ‘ala ad-darsi wa at-tikrori fi awwali al-laili wa akhirihi, fa inna ma bainal ‘isya’aini wa waqta as-sahri waqtun mubarokun.” Sore ini, Hilda membacakan kitab Ta’limul Muta’alim di depan santri-santri kelas i’dad. Sudah hampir satu tahun dia ditugasi Ummi untuk mengawal madrasah diniyah kelas persiapan,…

Read More