Qurrotu ‘Aini
Aku kembali mengangkat tangan dan mengucap takbirotul ihrom, namun rakaat kali ini membuat tubuhku menggigil dan kakiku lemas. Pikiranku kini pada tubuh yang mulai tidak bisa aku kuasai, aku pelankan gerakan sholatku dan dalam sujud terakhir aku benar-benar merasa berat di kepalaku, kuangkat pelan tubuhku untuk melakukan tahiyat namun tiba-tiba ruangan ini berputar dan mata menangkap kegelapan, aku pun tersungkur.
“Hilda, Hilda… bangun!” panggilan Andin kudengar samar-samar, kubuka pelan mata ini, kutatap dinding-dinding musholla.
“Alhamdulillah kamu bangun juga,” kata Andin.
“Ada apa denganku?”
“Untung saja aku tadi terbangun, kamu tidak ada di kamar, jadi aku ke musholla, eh malah melihatmu lemas ketika sholat, sudah lima menit kamu tertidur tidak mendengar panggilanku, aku khawatir.” Andin memegang tangan dan keningku.
“Kamu baik-baik saja kan?” tanyanya, aku mengangguk.
“Apa sejak sholat isya sampai saat ini kamu tidak berhenti melakukan sholat sunnah?” tanya Andin lagi, yang memang melihatku setelah sholat isya’ aku melanjutkan sholat dan belum kembali ke kamar sampai saat ini.
“Aku malu Ndin, Rosulullah mengajarkan kepada kita, ketika kita mendapatkan masalah apapun, seberat apapun maka bersujudlah. Karena itu aku mencoba untuk menemukan apa yang disampaikan kanjeng Nabi. Beliau bersabda Wa qurrotu ‘aini fis-sholati, aku pun selalu berharap menemukan ketenangan dalam sholatku, tapi sampai rokaat terakhir tadi kenapa aku tidak kunjung menemukan ketenangan?”
_______
Mohon Maaf, untuk Kisah Hilda kami hapus dari web, karena sudah masuk proses Edit untuk diterbitkan dalam bentuk Novel.
Teruntuk Sahabat Pecinta Kisah Hilda, penulis haturkan terima kasih sudah berkenan membaca kisah Hilda, dan tunggu kehadiran kisah Hilda dalam bentuk Novel pada awal tahun 2020.
Salam Cinta untuk Semuanya.
*Cerbung Muyassaroh H, asal Panguragan Cirebon. Saat ini menetap di Wonocatur Baguntapan Bantul. Bersama keluarga kecilnya Ia menemani anak-anak di TPA Masjid Az-Zahrotun.
FB: Muyassaroh Hafidzoh
IG: muyassaroh_h