Cukuplah Hati Menjadi Saksi
“Tidak Hilda, itu tidak benar. Jika memang kamu tidak mencintaiku, lalu kenapa kamu menangis?” kataku.
Aku masih mendengar isakan lembutnya, aku yakin dia memiliki perasaan yang sama denganku. Tangisannya adalah alasan bahwa dia juga mencintaiku, namun dia tidak memiliki keberanian untuk mengakui perasaan tersebut.
Aku tidak bisa menyalahkan Hilda tentang hubungannya yang telah diatur oleh Bu Dhe, dalam hal ini Hilda tidak bersalah. Justru akulah yang bersalah, aku telah menyembunyikan perasaanku selama ini, aku terlalu percaya diri bahwa aku bisa mendapatkannya kapanpun, tapi keadaannya sekarang berkata lain.
“Aku tidak menangis karena hal itu mas, aku menangis karena hal lain,” kata Hilda.
“Katakan Hilda, apa yang membuatmu menangis.”
(bersambung)
Mohon Maaf, untuk Kisah Hilda kami hapus dari web, karena sudah masuk proses Edit untuk diterbitkan dalam bentuk Novel.
Teruntuk Sahabat Pecinta Kisah Hilda, penulis haturkan terima kasih sudah berkenan membaca kisah Hilda, dan tunggu kehadiran kisah Hilda dalam bentuk Novel pada awal tahun 2020.
Salam Cinta untuk Semuanya.
*Cerbung Muyassaroh H, asal Panguragan Cirebon. Saat ini menetap di Wonocatur Baguntapan Bantul. Bersama keluarga kecilnya Ia menemani anak-anak di TPA Masjid Az-Zahrotun.
FB: Muyassaroh Hafidzoh
IG: muyassaroh_h