HILDA (TIGA PULUH LIMA)
Terperangkap
Dalam Badai
Lho! kenapa mas Wafa datang ke toko? Segera aku berlari
menjauh dan bersembunyi di balik truk pengantar barang. Aku mengintipnya dari
jauh, kulihat dia memanggil kang Sholihin. Di tangan...
Hilda (Sembilan Belas)
Takdir Berkata Iya
Hilda mendengar bahwa Wafa sudah pulang beberapa hari lalu, dia mendengar kesedihan Andin yang merengek-rengek karena ditinggal pujaan hatinya.
“Kenapa kemaren aku harus ada kuliah sih, jadi aku gak tahu kalau mas Wafa...
HILDA (EMPAT PULUH SATU)
Kau Adalah Aku yang Lain
“Katakan padaku, beberapa
jam lalu sebelum kamu mendengar semua tentang Hilda, kamu mencintainnya dengan
tulus?” Wafa terdiam mendengar pertanyaan gus Imam dan sesaat kemudian
menganggukkan...
HILDA (TIGA PULUH)
Luka
adalah Tempat Cahaya
Hilda Episode 30
Syam tidak mengejarku atau nenek melarangnya untuk
mengejarku, aku sudah tidak peduli. Aku pun tidak berharap Syam mengejar dan
menghentikan langkahku. Aku...
HILDA (DUA PULUH TIGA)
BERTEMAN DENGAN ORANG BAIK
Namaku Hilda, hanya satu
kata dalam namaku tanpa nama depan maupun belakang. Tidak seperti teman-temanku
yang namanya terdiri dari dua kata atau tiga bahkan empat, nama...
Luka Hilda (Sepuluh)
KEHILANGAN PENDIDIKAN
Ibu Ema tergesa-gesa masuk ruangan guru dan menanyakan apa yang baru saja dia dengar dari para siswa.
“Bu Tika, apa benar pak kepala sekolah mengeluarkan Hilda?” Bu Tika mengangguk.
“Masya Allah, apa tidak bisa dipertimbangkan...
Cinta dalam Mimpi (Episode 7)
Membencimu untuk Melupakanmu, Sanggupkah?
Farah menghentikan sepedanya dan
menyandarkannya pada pohon kersem. Tempat inilah awal dari pertemuannya dengan
Gus Syauqi. Pohon ini pula yang menjadi saksi bisu tumbuhnya perasaan cinta di
antara...
HILDA (TIGA PULUH SEMBILAN)
Surat Cinta
Hilda
menulis pesan, kemudian dihapus, menulis lagi dihapus lagi. Dia bingung
menentukan kalimat yang tepat untuk dikirim ke Wafa. Akhirnya dengan memberanikan
diri, Hilda menuliskanya.
“Salam,...
HILDA (TIGA PULUH ENAM)
Memahaminya,
Tidak Semudah Memecahkan Kode
“Hilda, kenapa kamu tadi lari?”
Wafa terengah-engah karena akhirnya ikut berlari, dia juga
melihat Hilda yang masih menata nafasnya. Wafa merasa kasihan...
Hilda (enam belas)
MENGANGGAP PEREMPUAN SEBAGAI BENDA MATI
Aku Rindang, orang yang selalu ingin berterima kasih kepada dua perempuan yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman hidup. Karena mereka berdua aku masih berdiri tegak untuk melakukan perubahan-perubahan positif...