LAYLA-MAJNUN (2)
Oleh: KH. Husein Muhammad
Sebagaimana kisah Rabi’ah al-‘Adawiyah, Kisah Layla-Majnun juga kontroversial dari aspek apakah ia riil, menyejarah, ada, atau hanya “legenda”, “dongeng” “simbol” belaka. Apakah ia adalah karya khayali para sastrawan yang dituturkan dari mulut ke mulut, berdasarkan tradisi lisan. Para sastrawan yang menulis kisah ini juga berbeda-beda menuturkan jalan ceritanya. Saya kira dalam hal ini tidaklah penting untuk diperdebatkan keras-keras, sebagaimana juga terhadap kisah Rabi’ah al-‘Adawiyah. Hal yang utama adalah kisah itu sendiri.
Kita mengambil salah satunya saja. Seperti film Gita Cinta di SMA, kisah cinta Layla dan Qais juga bermula di sekolah. Qais dan Layla adalah pelajar di sebuah sekolah dengan kelas yang berbeda. Qais kakak kelas. Qais pelajar cerdas dan ganteng. Layla, murid paling cantik dan pintar. Mereka bertemu di sana secara kebetulan, tak disengaja. Mata Qais bertemu mata Layla. Cahaya mata Qais menembus jantung jiwa Layla dan cahaya mata Layla menusuk relung jiwa Qais. Lalu mereka terpenjara oleh sebuah rasa yang asing tetapi indah yang tiba-tiba hadir. Layla dan Qais tak bisa makan, minum dan tak bisa tidur. Mereka disergap oleh rasa selalu ingin bertemu dan bicara manis. Hari-hari dirasakan keduanya seperti berjalan lama atau lambat. Keduanya tiba-tiba menjadi penyair. Mereka mendadak pandai menggubah puisi. Salah satu puisinya yang cukup terkenal adalah ini:
نَهَارِى نَهَارُ النَّاسِ حَتَّى إِذَا بَدَا
لِىَ
الَّليْلُ هَزَّتّنِى اِلَيكَ الْمَضَاجِعُ
اَقْضِى
نَهَارِى بِالْحَدِيثِ وَبِالْمُنَى
وَيَجْمَعُنِى
وَالْهَمُّ بِاللَّيْلِ جَامِعُ
لَقَدْ
أَثْبَتَتْ فِى اْلقَلْبِ مِنْكِ مَحَبَّةً
كَمَا
تَثْبُتُ فِى الرَّاحَتَيْنِ الْاَصَابِعُ
Siangku adalah siang manusia yang
lain
Bila malam tiba, tidurku sering terganggu wajahmu
Sepanjang siang aku habiskan untuk perbincangan manis dan harapan-harapan
Dan sepanjang malamku, aku dicekam murung dan kerinduan
Cintaku padamu telah tertanam di relung kalbuku
Jari-jari dua tangan kami merekat erat
Bersambung