Qais menjadi Majnun (gila)

Oleh: KH. Husein Muhammad

Qais pulang. Hatinya diliputi kerinduan kepada Layla. Sepanjang perjalanan pulang dia banyak membisu. Kedua ayah dan anak itu tidak banyak bicara. Manakala memasuki desa, sang ayah mengajaknya melewati rumah Layla, sekedar menghibur hati anaknya itu. Bibir Qais mengembang senyuman manis. Matanya berbinar-binar menatap mata ayahnya. Dia begitu riang. Begitu sampai di rumah Layla, Qais memeluk dindingnya dan menyenandungkan puisi manis :

أمر على الديــار ديار ليـلى
أقبل ذا الـجدار وذا الجـدارا
وما حب الديار شـغفن قلبي
ولكن حب من سـكن الديارا

Aku menyusuri dinding rumah ini, Ya rumah Layla ini
Aku (memeluk) dan menciumi dinding ini dan dinding itu

Sungguh, bukan dinding rumah ini yang menarik hatiku
Tetapi penghuni rumah ini

Begitu selesai, ayah mengajaknya pulang ke rumah. Sampai di situ keduanya belum mendengar kabar pernikahan Layla.

Tetapi sehari sesudah itu Qais mendengar kabar perkawinan Layla, kekasih hatinya itu. Dadanya berdegup dan bergetar kencang, lidahnya tersekat, kelu. Hati Qais terbakar. Qais jatuh pingsan.
Begitu siuman, Qais menangis menderu-deru, meraung-raung. Sedu sedan Qais sepanjang hari, sepanjang malam sangat memilukan hati yang mendengarnya. Pikiran Qais begitu kacau balau. Ucapannya “ngawur” dan “ngelantur”. Kadang tertawa, kadang menangis, kadang sadar.

Dia menyesali dirinya sendiri telah mencintai Layla. Ia sempat mengatakan bahwa Layla tidak setia. Layla bohong, Layla berkhianat. Dan dia akan menyingkir dari kehidupannya. Katanya:

ايُّهَا الْقَلْبُ عِشْ خَالِيًا وَدَعْ عَنْكَ مَحَبَّةَ كُلِّ مَنْ لَا وَفَآءَ لَهُ
“Duhai hatiku, hiduplah menyepi, tinggalkan mencintai orang yang tak setia.”

Qais mengekspresikan kekecewaannya itu dalam puisinya:

نَدِمْتُ عَلَى مَا كَانَ مِنِّى نَدَامَةً
كَمَا يَنْدَمُ الْمَغْبُونُ حِينَ يَبِيعُ

فؤادى بين اضلاعى غريب
ينادى من يحب فلا يجيب

مناي دعينى فى الهوى متعلقا
فقد مت الا اننى لم ازر قبرى

عليك سلام الله ياغاية المنى
وقاتلتى حتى القيامة والحشر

Aku menyesali apa yang telah terjadi, bagai penyesalan orang yang tertipu saat menjual.”

Hatiku tiba-tiba jadi asing
meski bersemayam dalam diri
Ia memanggil-manggil kekasihnya
Tapi dia tak menjawabnya

Duhai harapanku
Biarkan aku bergantung dalam cinta ini
Meski aku sudah mati, tapi aku belum menziarahi kuburanku

Semoga Allah memberimu kedamaian
Duhai harapanku satu-satunya
Dan yang membunuhku
Hingga kelak hari kiamat dan “mahsyar”.

Bersambung
25.02.2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here