Santri Menjaga Bumi Penyokong Peradaban Semesta

Oleh: M. Fuad Hasyim

Santri? Identik dengan sejinjing kitab kuning, sebundel hafalan, segenggam tasbih, dan tidak lupa setiap kantuk di sela qunut dan wirid subuh. Sarung yang kadang nglinting, songkok yang kadang bengkok. Namun, lebih dari itu, ada aspek tertinggi yang tidak banyak orang temukan kecuali dari diri seorang santri. Esensi murni seorang santri adalah tawadhu, madhep manthep, nurut lan manut. Aspek spiritual yang selalu digaungkan kepada Para Pengabdi Suci, bukan hanya bualan belaka. Segenggam cahaya ilahi, sejumput ridho Kyai, dan secakup birrul walidaini, sekaligus termaktub dalam diri santri.

Seorang santri, bukan waktunya lagi menyandang predikat kuno, kulot dan tertinggal. Santri harus bergerak, maju dan melangkah. Santri harus mengikuti zaman, agar bisa hidup dan menghidupi agama dan menebar kebaikan seluas luasnya. Istilah milenial, tidak hanya merujuk pada pemuda berkarir dengan pendidikan tinggi. Santri juga bisa millenial, menurut versinya sendiri. Milenialnya santri adalah bisa menyeimbangkan antara kesuksesan spiritual dan kesuksesan material. Santri adalah mereka yang meraih ukhrawi dalam genggaman duniawi. Santri itu harus banyak tirakat, agar punya derajat. Tirakatmu akan menentukan derajatmu. Itu lebih dari sekadar milenial, mungkin metamilenial.

Clifford Geertz, bahkan mencamtukan eksistensi santri sebagai penyokong peradaban di Indonesia, melalui bukunya Abangan, Santri dan Priyayi. Dalam karyanya, seorang santri dianggap sebagai orang orang yang mendasarkan rasa sebagai satu komunitas yang utuh di dalam tubuh pesantren. Santri melihat Islam sebagai serangkaian lingkaran sosial yang konsentris, komunitas yang semakin lama semakin lebar dari lokal hingga internasional. Santri juga tidak pernah memandang agama sebagai serangkaian kepercayaan semata, namun merupakan tuntutan realisasi nilai.

Melihat pada kenyataan yang telah berkembang, konsentrasi massa teralihkan pada keadaan virtual. Segala sesuatu menjadi nomaden dari realitas, hingga hilangnya batas ruang dan waktu. Seorang santri, memiliki kewajiban moral untuk menyebarluaskan ajaran dan nilai nilai islam, yang pada akhirnya  mendorong adanya regenerasi sumber daya manusia menjadi manusia yang beradab.

Agaknya kita juga harus merujuk kembali pada esensi penciptaan manusia, yaitu sebagai khalifah fil ardhi (pemimpin di bumi). Seorang santri adalah khalifah fil ardhi masa kini, yang memimpin, menjaga, merawat dan melestarikan segala sesuatu yang ada di bumi. Setiap hal yang dilakukan seorang santri di pesantren, tentunya akan memiliki dampak terhadap kehidupan di masyarakat, karena pesantren merupakan miniatur kehidupan masyarakat. Sebagai Khalifah masa kini, sosok santri dituntut untuk berperan secara elegan dalam membimbing masyarakat, mengalir bersama masyarakat dan tidak boleh terkesan menggurui. Pada dasarnya, menjaga bumi bukan hanya tugas santri, tapi tugas kita semua. Tapi, kenapa santri memiliki keharusan lebih untuk menjaga bumi? Kesadaran lebih yang dimiliki oleh santri, menjadi pemicunya. Santri dituntut untuk sadar terhadap berbagai permasalahan kontemporer yang terjadi. Bukan hanya permasalahan fisik, namun pun permasalahan fundamental agama.

Menjaga bumi, tidak hanya berkaitan dengan merawat dan melestarikan hal fisik: hutan, sumber daya alam, lingkungan dan sebagainya. Menjaga bumi juga sekaligus menjaga akhlak manusianya. Ketika akhlak terjaga, kebaikan dilanggengkan, maka di dalam diri setiap orang akan muncul kesadaran untuk menjaga bumi. Dalam hal ini santri memiliki peran yang mendasar di dalam menjaga bumi, yaitu menuntun kesadaran manusia untuk menjaga bumi. Peran utama santri bukan pada tataran fisik manusia, namun pada aspek di balik yang fisik, yaitu akhlak, etika atau moral.

Santri itu unik. Santri menanggung banyak tuntutan masa dan massa. Bahkan dituntut oleh Kyai untuk bisa mengabdi di dalam masyarakat. Memanfaatkan pengetahuan agama, nilai nilai islam, kesadaran batiniah untuk membawa ummat kepada kesejatian hidup, untuk mencapai rahmat hakiki.

Eksistensi santri, adalah melestarikan bumi dan menjaga langit. Melestarikan bumi secara fisik, dan melestarikan bumi secara akhlak. Namun, tidak lupa mengunjungi langit di dalam setiap langkah dan masa.

Terakhir, sebagai seorang santri, mari menjadi santri yang sukses dengan akhlak yang baik. Sukses duniawi, hingga sukses ukhrawi.

Demikian Santri Menjaga Bumi Penyokong Peradaban Semesta. Semoga bermanfaat.

Oleh: M. Fuad Hasyim, Finalis Duta Santri Nasional 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here