Pendidikan Karakter di Pesantren sebagai Upaya Membangun Peradaban
Oleh : Maharani Arimbi*
Saya meyakini bahwa pendidikan karakter di pesantren mampu membangun karakter santri yang memiliki nilai-nilai moral yang diajarkan melalui pendidikan agama. Santri diharapkan dapat memberikan manfaat di muka bumi dan menebar rahmat untuk semesta. Dalam perjalanan hidup, manusia sebagai makhluk Allah pada dasarnya mengemban amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya yaitu menjadi khalifah Allah di muka bumi seperti yang kita pahami dari firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30.
Kata khalifah berasal dari kata “khalf” (menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian) sebagai lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu) misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh umat Islam sebagai khalifah pengganti nabi, yaitu penerus dari perjuangan beliau dan pemimpin umat.Setelah beliau wafat, Umar bin Khattab sebagai pengganti dan seterusnya. Allah memuliakan dan mengangkat kedudukan orang yang dijadikan pengganti. Sama halnya dengan santri, mereka adalah penerus perjuangan kepemimpinan sang kyai dalam memimpin umat di muka bumi ini dan terus menebar rahmat untuk semesta, karena ulama adalah pewaris para nabi.
Islam sebagai peradaban, tidak sebatas situs peribadatan. Sebagai umat peradaban besar, santri yang melestarikan ajaran Islam mestinya juga peduli dengan isu-isu peradaban, termasuk permasalahan bumi dan perdamaian. Bumi telah banyak memberikan hidup bagi umat manusia. Bumi jangan diporakporandakan, sebab umat manusia tidak punya kuasa apa pun atas alam semesta. Dalam perspektif Islam, banyak sekali diterangkan soal kewajiban menjaga bumi dan lingkungan hidup. Menjaga bumi merupakan kewajiban seorang manusia, sebab Allah telah mengamanatkan melalui firman-Nya dengan menyebut manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, sikap seorang insan harus bisa terus merawat dan menjaga bumi ini agar tidak memberikan dampak yang buruk untuk semua anak adam.
Kemudian, selain berbicara tentang menjaga bumi, penting bagi santri untuk menebar rahmat untuk semesta. Di tengah agresifnya penyebaran paham radikal oleh sekelompok aliran keagamaan, peran santri dari kalangan NU menjadi sangat sentral dan strategis dalam upaya menebar rahmat untuk semesta,menjaga nilai-nilai Islam yang ramah, damai, dan menghargai keberagaman sebagaimana diajarkan oleh para ulama terdahulu. Peran santri dapat menjadi energi positif untuk semesta. Santri memiliki tanggung jawab besar dalam upaya menebar Islam moderat di manapun berada. Dengan pemahaman keagamaan yang dimiliki dan relasi yang ada.
Islam Rahmatan lil “Alamin kita bisa wujudkan dengan pesantren dan santri Rahmatan lil
Alamin ke seluruh dunia. Tunjukkan bahwa selain belajar nahwu, shorof, lughoh, balaghoh, fiqh, ushul fiqh, tassawuf, aqidah, Qur‟an, Hadits dan lainnya yang berbau agama. Kita juga dengan simultan diajarkan tentang toleransi, tenggang rasa, saling menghargai, moderasi yang merupakan benang rajut yang paling kokoh dalam menenun persaudaraan sebangsa dan senegara. Bahkan pelajaran-pelajaran demikian tembus, bukan sekedar teori tapi praktik dan
keseharian yang dicontohkan oleh para kyai dan guru-guru kita. Santri dipondok juga toleransi dengan latar belakang berbeda suku, ras, golongan, daerah dan latar sosial budaya lainnya.
*Maharani Arimbi, Finalis Duta Santri Nasional 2021, Santri di API Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang sekaligus mahasiswa di STAI Al Husain Syubbanul Wathon Magelang.
(NF)