Ikhlas dan Disiplin Menuju Santri Agamis dan Nasionalis

Oleh: Ariq Ahmad Fauzi*

Sebagai khalifah di bumi, kita tidak bisa lepas dari tanggungjawab atas apa yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Menjaga bumi adalah salah satu bentuk implementasi rasa syukur tersebut. Menjaga bumi pertiwi tak harus selalu mengenai senjata tajam lengkap dengan pengamannya. Menebar rahmat untuk semesta termasuk bentuk kesantrian dalam menjaga bumi. Apalagi dengan adanya media digital, dakwah semakin mudah dan secara tidak langsung kedamaian dalam bermedia tecipta.

Bayangkan saja, betapa banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk kemajuan bangsa dari pesantren atau lembaga-lembaga Islam serupa yang melahirkan santri yang agamis dan nasionalis. Santri yang memahami agama dan mengamalkannya dengan baik. Santri yang menyebarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin; menebar damai pada semesta. Santri yang tetap cinta pada negaranya dengan prinsip “hubbul wathon minal iman“. Santri yang memiliki banyak bakat di berbagai lini kehidupan sehingga mampu bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Santri adalah orang yang mendalami agama Islam orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, orang yang berakhlak mulia, memiliki wawasan kebangsaan dan keislaman dengan sanad keilmuan yang jelas baik sedang atau pernah belajar di pesantren maupun lembaga pendidikan agama Islam lainnya secara menetap ataupun tidak.

Modal utamanya adalah tradisi kedisiplinan yang selama ini diajarkan kepada para santri, keteladanan dan sikap kehati-hatian Kiai dan Pimpinan Pesantren, karena mereka tetap akan mengutamakan keselamatan santrinya dibanding proses belajar di Pesantren.

Sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang dikenal memiliki pemahaman agama Islam yang lebih baik daripada sekitarnya, sudah sepatutnya santri berusaha menjadi teladan dalam aspek beragama. Salah satu perintah agama yang harus diamalkan adalah perintah menjaga bumi dan menebar rahmat bagi semesta alam. Maka dari itu, secara sederhana, santri memang harus menjaga bumi dan menebar rahmat untuk semesta, karena perannya sebagai teladan dalam beragama di kalangan masyarakat.

Terlepas dari hal di atas, santri memiliki kekuatan yang sangat besar yang akan sangat berdampak bagi sekitarnya. Ketika mereka dapat ikut serta menjaga bumi, maka ini akan memiliki efek snowball yang besar. Artinya, apa yang dilakukannya akan mempengaruhi banyak pihak lain untuk turut serta melakukan apa yang sudah mereka lakukan. Kehebatan ini tidak lain disebabkan keikhlasan yang mereka miliki ketika melakukan segala kebaikan. Ketika semua dijalankan secara ikhlas, semua akan terlihat tulus, semua akan ikut bersimpati dan berempati atas apa yang sudah dilakukan.

Peran santri sebagai penjaga bumi dan penebar rahmat untuk semesta memang secara alamiah melekat pada identitasnya. Yang menjadi tugas berikutnya adalah terus mempertahankan dan memikirkan bagaimana peran ini dapat terus dimasifkan di kalangan santri dan juga masyarakat awam.

Menebar rahmat untuk semesta adalah langkah awal menjadi santri menjaga dan melestarikan bumi. Selain merawat dan melestarikan alam, menjalin hubungan baik dengan sesama manusia juga perlu diperhatikan, karena Islam sendiri menerapkan konsep rahmatan lil alamin.

Sebagai santri, kita juga harus bisa menguasai cyber-digital, karena sekarang dibutuhkan dalam kesehariannya. Agar tak mudah dipecah belah. Melek digital mampu memberikan dampak positif bagi santri itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya dalam membumikan perdamaian. Menjaga bumi tak selalu mengenai tentang penghijauan hutan, namun bisa juga dengan penghijauan hati. Wallahu A’lam.

*Ariq Ahmad Fauzi, Finalis Duta Santri Nasional 2021, santri di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, Jawa Barat sekaligus mahasiswa jurusan Teknik Mesin Universitas Indonesia tahun 2019.

(NF)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here