BERTEMAN DENGAN ORANG BAIK

Namaku Hilda, hanya satu kata dalam namaku tanpa nama depan maupun belakang. Tidak seperti teman-temanku yang namanya terdiri dari dua kata atau tiga bahkan empat, nama mereka indah dan cantik-cantik juga serat dengan makna, bahkan ada pula yang asal namanya tokoh-tokoh dalam kisah wayang, atau ratu-ratu dari negeri seberang, sungguh nama mereka bisa untuk dikisahkan, dan aku hanya Hilda, ku kira tak ada kisah indah di balik namaku.

Aku adalah perempuan yang selalu merasa ketakutan di titik tertentu, juga aku perempuan yang selalu merasa berani di titik yang berbeda.

Masa lalu bagiku seperti jalan yang hanya tersesat ketika kembali mengingatnya, sungguh mengerikan. Masa depan bagiku hanya jalan lurus yang harus aku lewati dengan sisa keberanian yang aku miliki.

Aku gemar membaca buku apapun, fiksi dan non fiksi, semua aku baca. Sepertinya aku mencari banyak hal yang ingin aku ketahui, walau tidak semua buku aku miliki, karena aku belum bisa menghasilkan uang sendiri alias masih mengemis pada ibuku, namun beruntung ada perpustakaan kampus dan pesantren yang bisa aku nikmati secara gratis.

Semua cerita fiksi yang aku baca memiliki tokoh utama, dan semua tokoh utama pasti aku kagumi. Akan tetapi hampir semua tokoh utama dalam kisah tersebut memiliki hal yang sama dalam diriku, mereka memiliki keberanian namun mereka juga memiliki rasa takut yang terkesan pengecut, sehingga butuh perjuangan bahkan tangisan yang terkadang mengecilkan hatinya untuk melewati itu semua.

Aku tidak menyukai ketika akhir ceritanya adalah bahagia. Entah mengapa, hanya saja menurutku ketika semua cerita fiksi terlalu banyak mengakhiri ceritanya dengan kehidupan bahagia pada tokoh utamanya, semakin aku takut bahwa di kehidupan nyata tidak akan pernah ada yang namanya “Happy Ending.” Ya! bahagia hanya dimiliki oleh tokoh utama dalam cerita fiksi, dan aku tokoh utama dalam kehidupan nyata yang aku jalani. Bodoh ketika aku berpikir aku akan menjadi seorang putri yang bisa bahagia menemukan seorang pangeran.

Aku juga tidak berharap memiliki kisah cinta seperti Romeo dan Juliet yang berakhir pilu dan menyedihkan. Mungkin ada hikmahnya juga ketika mereka berdua akhirnya mati, entah tak bisa aku bayangkan jika kisah tersebut berakhir di pelaminan, alias Romeo dan Juliet akhirnya menikah, itu pasti tergolong pernikahan anak, bagaimana tidak? Mereka masih usia remaja, bagaimana kelak mereka menjalani kehidupan rumah tangganya, apalagi kedua orang tua mereka berselisih. Bisa-bisa akhir cerita mereka lebih tragis.

Aahhhh…. apa sebenarnya yang sedang aku pikirkan.

(Bersambung)

_____

Mohon Maaf, untuk Kisah Hilda kami hapus dari web, karena sudah masuk proses Edit untuk diterbitkan dalam bentuk Novel.

Teruntuk Sahabat Pecinta Kisah Hilda, penulis haturkan terima kasih sudah berkenan membaca kisah Hilda, dan tunggu kehadiran kisah Hilda dalam bentuk Novel pada awal tahun 2020.

Salam Cinta untuk Semuanya.

*Oleh: Muyassaroh H,asal Panguragan Cirebon. Saat ini menetap di Wonocatur Baguntapan Bantul. Bersama keluarga kecilnya Ia menemani anak-anak di TPA Masjid Az-Zahrotun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here