Cinta dalam Mimpi (Episode 3)

Ketika Harus Melupakan Cinta Sari melihat Farah dan Gus Syauqi di dapur, segera Sari menghampiri mereka. “Apa yang sedang kalian lakukan di sini?” Farah menundukkan wajahnya, Gus Syauqi menoleh ke arah suara, di mana Sari sudah berdiri di belakangnya. “Nyuwun sewu, Gus.” Gus Syauqi menggeser tubuhnya menjauhi pintu dapur. “Farah, sini kamu!” Sari menjulurkan tangannya…

Read More

Cinta dalam Mimpi (Episode 2)

Oleh: Muyassarotul H Cinta Pertama Pada Pertemuan Kedua Cinta dalam Mimpi (episode 2) Aku akan bercerita tentang dia, tentang seorang perempuan, ya betul! Tentang kisah cinta pertama. Aku awali dari hari setelah kami pertama kali bertemu, ketika saat itu dia jatuh dari sepedanya dan masuk ke selokan sawah. Hari kedua itu adalah hari minggu, saat…

Read More

Kisah Cinta Abadi 14 (habis)

LAYLA-MAJNUN (14 -habis) Oleh: KH. Husein Muhammad Cinta Platonis Kisah cinta romantis (al-Hubb al-Udzry) Layla dan Qais di atas kemudian menginspirasi para sufi falsafi. Layla dijadikan simbol Sang Kekasih dan Keindahan, sedangkan Majnun sebagai simbol para pencari atau para pengembara (al-salik) dan para pencinta (al-muhibb), si perindu (al-‘Asyiq). Perjalanan menuju penyatuan antara Salik dan Sang…

Read More

Kisah Cinta Abadi 13

LAYLA-MAJNUN (13) Oleh: KH. Husein Muhammad Pohon pusara berpelukan Berita kematian Qais itu menyebar ke seluruh penjuru desa itu dan menciptakan kesedihan publik luas. Mereka berduka cita mendalam, seraya mendoakan husnul khatimah dan bertemu kekasihnya: Layla. Mereka lalu membawa tubuh Qais untuk dimandikan dan dishalati. Sesudah itu mereka berunding tentang di tanah mana Qais akan…

Read More

Kisah Cinta Abadi 12

LAYLA-MAJNUN (12) Oleh: KH. Husein Muhammad Qais menyusul Layla Manakala Qais mendengar berita kematian kekasihnya itu, ia menjerit keras sekali, suaranya terdengar oleh para Malaikat di langit. Ia meraung-raung untuk waktu yang panjang. Kawan-kawan setianya, para binatang, juga ikut menangis tersedu-sedu. Mereka mengeliling dalam duka nestapa. Qais pingsan, tak sadarkan diri untuk waktu yang cukup…

Read More

Kisah Cinta Abadi 11

LAYLA-MAJNUN (11) Oleh: KH. Husein Muhammad Kematian Layla Ada kontroversi dari para penulis Kisah Cinta Abadi Layla-Qais ini. Siapakah yang lebih dulu mati, Layla atau Qais? Tetapi cerita yang populer menyatakan bahwa Layla lebih dulu meninggal dunia sebelum kemudian dalam bilangan hari, Qais, kekasihnya, menyusulnya. Dikisahkan: Musim panas kembali tiba, ranting-ranting pepohonan meneteskan merah darah….

Read More

Kisah Cinta Abbadi 10

LAYLA -MAJNUN (10) Kesucian Layla Oleh: KH. Husein Muhammad Tampak jelas bahwa Layla adalah seorang perempuan yang meskipun secara hukum sudah menikah dengan seorang laki-laki, tetapi secara hakikat dia masih tetap perawan, tetap perempuan gadis. Atau dalam bahasa populer masih suci. Nizami sang penulis mengatakan, “Lakinnaha Tazhillu ‘Adzra” (tetapi Layla tetap perawan).” Demikian juga Qais,…

Read More

Cinta dalam Mimpi

Oleh: Muyassarotul H Dia bersandar pada pohon Kersen yang sedang berbuah cukup banyak. Kulihat matanya menampakkan nuansa kegelisahan, namun juga sorotannya selalu memancarkan sebuah harapan. Beberapa menit aku menikmati wajah manisnya, namun sesaat kemudian dia menyadari kehadiranku. Aku pun melempar senyum dan mendekatinya. “Sudah lama?” “Lima belas menit yang lalu gus,” katanya. Kurebahkan sepeda kesayanganku…

Read More

Kisah Cinta Abadi 9

LAYLA-MAJNUN (9)Qais membalas surat Layla Oleh: KH. Husein Muhammad Penulis lain menyampaikan kata-kata Layla dalam sumpahnya, “Aku bersumpah kepadamu, duhai kekasih hatiku, Aku mengikat kuat hatiku untuk mencintai Qais seperti cintaku kepada diriku sendiri. Aku kerahkan diriku menjaga seluruh ruhku dari sentuhan orang lain.” Dan akhirnya ia mengatakan : وَبِهَذَا اْلعَهْد الَّذِى أَرْتَبِطُّهُ بِكَ قَدْ…

Read More

Kisah Cinta Abadi 8

LAYLA-MAJNUN (8)Tetap Perawan. Oleh: Kh. Husein Muhammad Layla mendengar kabar kekasihnya di belantara hutan dan hari-harinya bersama para binatang itu. Dia menjerit keras lalu menangis. Air matanya terus mengalir, membasahi pipinya yang ranum itu. Bibirnya mendesahkan nama Qais. Dan sambil menangis dia kemudian menulis surat untuk Qais: هَذِه الرِّسَالَةُ مِنِّى اَنَا رَهِينَةُ الدَّارِ وَقَعِيْدَةُ الْبَيْتِ…

Read More