Kekuatan Cinta

Setelah wafatnya Sayyidah Khodijah, kesedihan Sayyidah Zainab semakin terasa. Dia merasa separuh hidupnya telah hilang. Kesedihannya tak kunjung berhenti, saat itu kemudian terjadi peperangan besar antara pasukan Rasulullah dan kaum kafir Quraiys. Kemenangan kaum muslim menjadikan suami Sayyidah Zainab sebagai tawanan.

Saat itu kaum muslimin meminta tebusan yang sangat mahal untuk para tawanan. Keluarga Abul Ash yang kaya ingin menebusnya, tetapi Sayyidah Zainab menolak, ia ingin membayar sendiri tebusan untuk suaminya. Maka diutuslah Amr bin Robi saudara laki-laki Abul Ash ke Yatsrib.

Sesampai di sana ia menemui Rasulullah SAW sambil memberikan seuntai kalung ia berkata, “Zainab mengutusku untuk mengirimkan ini sebagai tebusan untuk suaminya.”

Tiba –tiba Rasulullah menangis pilu karena melihat kalung yang sangat beliau kenal, itu adalah kalung pemberian istrinya sebagai hadiah di hari pernikahan putri sulungnya. Akhirnya Rasul meminta sahabat untuk melepaskan Abul Ash bin Rabi dan mengembalikan kalung peninggalan Sayyidah Khodijah.

Ujian kesabaran Sayyidah Zainab tidak hanya sampai di situ. Setelah suaminya dibebaskan mereka diminta berpisah. Sayyidah Zainab pun dijemput pasukan Rasulullah untuk kembali pulang walaupun dalam keadaan hamil, namun di tengah perjalanan mereka dihadang kaum musyrikin dan menyebabkan Sayyidah Zainab keguguran.

Rasa sakit akibat keguguran tidak kunjung sembuh, namun doa untuk suami tercintanya tetap ia panjatkan, hingga Allah mengabulkan doanya. Suami tercintanya kemudian memeluk islam dan kembali berkumpul dengannya. Akan tetapi kebahagiaan itu hanya dirasakannya satu tahun saja. Karena setelah itu Sayyidah Zainab putri Rasulullah meninggal dunia. Dia telah merasakan sakit yang tak kunjung sembuh semenjak ia keguguran.

Wafatnya Sayyidah Zainab bukan hanya membuat hati suaminya sedih, namun kesedihanpun dirasakan baginda Nabi. Hati Nabi dirundung duka, setelah wafat isrinya disusul wafat putri sulungnya. Kesedihan Nabi membuat beliau bersabda tentang Sayyidah Zainab, “Dia adalah putri terbaikku, ia dirundung musibah disebabkan olehku.”

Hilda menghela nafas beratnya dan mengusap air mata yang tanpa sengaja jatuh di pipinya. Wafa yang dari tadi mendengarkan dan sesekali menengok lewat jendela pun ikut menitikkan air mata. Merasakan kesedihan Rasulullah dan kisah kehidupan Sayyidah Zainab yang memiliki kekuatan cinta yang sangat besar.

“Subhanallah… perjuangan Sayyidah Zainab begitu menggetarkan hati ini mbak,” kata salah satu karyawan.

______

Mohon Maaf, untuk Kisah Hilda kami hapus dari web, karena sudah masuk proses Edit untuk diterbitkan dalam bentuk Novel.

Teruntuk Sahabat Pecinta Kisah Hilda, penulis haturkan terima kasih sudah berkenan membaca kisah Hilda, dan tunggu kehadiran kisah Hilda dalam bentuk Novel pada awal tahun 2020.



*Cerbung Muyassaroh H, asal Panguragan Cirebon. Saat ini menetap di Wonocatur Baguntapan Bantul. Bersama keluarga kecilnya Ia menemani anak-anak di TPA Masjid Az-Zahrotun.
FB: Muyassaroh Hafidzoh
IG: muyassaroh_h

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here