Kebimbangan

 

Zulfi berdiri dan menyalami mereka, Alvin menahan tangan Zulfi,

“Kamu baik-baik saja Ning?” Zulvi mengangguk dan berlalu pergi.

Alvin masih mengejarnya sampai depan kafe.

“Aku antar pulang ya Ning,”

“Nggak usah, makasih ya. Terkait Web, aku manut kalian, oke…”

Zulfi berlalu pergi meninggalkan ketiga temannya. Alvin kembali ke meja dan menatap Wafa yang masih terdiam melihat bingkisan dari Zulfi. Wafa pun membukanya dan dia menemukan kemeja polos lengan panjang berwarna biru laut dengan warna kerahnya biru dongker. Di saku kemaja tersebut Wafa menemukan sebuah surat.

“Wafa apa yang terjadi pada Zulfi,” kata Alvin yang mulai tidak tenang.

Wafa masih terdiam dan membuka surat tersebut

Mas Wafa, bolehkah aku memanggilmu demikian?

Sudah lama aku mengumpulkan keberanianku untuk menulis surat ini, sepertinya saat ini aku tidak bisa menunggu keberanian itu lagi. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.

(bersambung)

______

Mohon Maaf, untuk Kisah Hilda kami hapus dari web, karena sudah masuk proses Edit untuk diterbitkan dalam bentuk Novel.

Teruntuk Sahabat Pecinta Kisah Hilda, penulis haturkan terima kasih sudah berkenan membaca kisah Hilda, dan tunggu kehadiran kisah Hilda dalam bentuk Novel pada awal tahun 2020.

Salam Cinta untuk Semuanya.

*Oleh: Muyassaroh H, asal Panguragan Cirebon. Saat ini menetap di Wonocatur Baguntapan Bantul. Bersama keluarga kecilnya Ia menemani anak-anak di TPA Masjid Az-Zahrotun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here