Kelahiran manusia mulia pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah atau bertepatan dengan 22 April 571 M menjadi hari bersejarah bagi umat manusia. Banyak kitab dan buku yang mengulas bagaimana mengagumkan dan menakjubkannya detik-detik kelahiran Rosulullah SAW.
Kejadian- kejadian ajaib pun terjadi. Pintu-pintu surga dibuka lebar. Sementara pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat. Ribuan malaikat turun ke bumi sehingga memenuhi seluruh gunung di Makkah. Bulan terbelah dan bintang bersinar begitu terang. Dan sejumlah ‘kejadian ajaib’ lainnya menyambut kelahiran Rasulullah. Kemudian sebenarnya siapakah yang menemani Aminah ketika detik-detik akan melahirkan Rasulullah?
Pada malam ke-12 bulan Rabi’ul Awwal, Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, tengah bermunajat Ka’bah. Sementara Aminah sendirian di rumah. Tidak ada satu pun orang yang menemaninya. Suami Aminah yakni ayahanda Rasulullah sudah meninggal dunia sejak usia kandungan masih 6 bulan. Di dalam kesendiriannya, Aminah menangis karena tidak ada satu orang pun yang menemani dan membantunya –di saat-saat ia hendak melahirkan.
Di tengah kegalauannya itu, tiba-tiba saja muncul empat orang perempuan di dalam rumah Aminah. Mereka begitu cantik, anggun, harum, dan diliputi dengan cahaya yang memancar kemilauan. Perempuan pertama datang menghampiri Aminah. Ia kemudian berkata kepada Aminah,
“Sungguh berbahagia lah engkau wahai Aminah!”
Perempuan pertama melanjutkan kalau Aminah adalah perempuan yang paling beruntung dan mulia di dunia ini karena telah mengandung Muhammad, pemimpin setiap insan. Dia kemudian duduk di sebelah kanan Aminah.
“Siapa engkau?” tanya Aminah kepada perempuan pertama tersebut.
“Kenalkan, aku adalah Hawa istri Nabi Adam as., ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan Allah untuk menemanimu,” jawab Sayidah Hawa.
Perempuan kedua juga mendekat kepada Aminah. Ia kurang lebih sama menyampaikan pujian kepada Aminah.
“Tidak ada di dunia ini perempuan yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan dari pada engkau. Kau mengandung seorang yang begitu istimewa, mulia, agung, cerdas, dermawan, dan sangat berwibawa.”
Aminah kembali bertanya “Siapa engkau?”
“Kenalkan, aku adalah Sarah, istri Nabi Ibrahim. Aku diperintah Allah untuk menemani proses kelahiran Rasulullah Muhammad.” Sarah kemudian duduk di sebelah kiri Aminah.
Kemudian perempuan ketiga datang menghampiri Aminah. Dia pun memuji Aminah.
“Engkau adalah perempuan beruntung karena telah mengandung kekasih Allah”. Setelah menyampaikan pujiannya, ia kemudian duduk di belakang Aminah.
Lagi-lagi Aminah bertanya siapa gerangan perempuan ketiga tersebut.
“Siapa engkau?
“Aku adalah Asiyah binti Muzahim. Aku juga diutus Allah untuk menemanimu.” Aisyah Binti Muzahim adalah Istri Fir’aun yang beriman kepada Allah SWT.
Kini perempuan terakhir yang maju mendekati Aminah. Sama seperti sebelumnya, perempuan keempat ini juga menyanjung Aminah sebagai wanita yang sangat beruntung karena telah mengandung Nabi Muhammad. Seseorang yang dianugerahi Allah banyak mukjizat.
“Alangkah beruntungnya engkau yang telah mengandung seseorang yang menjadi junjungan seluruh penghuni bumi dan langit.”
Perempuan keempat lalu duduk di depan Aminah. Aminah semakin kagum karena perempuan keempat ini terlihat anggun, berwibawa, dan cantik. Ia meminta agar Aminah untuk tersenyum, tidak lagi menangis.
“Janganlah kau menangis Aminah, tersenyumnya menyambut kekasih Allah.” katanya.
“Siapa Engkau?” Tanya Aminah.
“Sesungguhnya aku adalah Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa as.,” kata wanita keempat tersebut menjawab pertanyaan dari Aminah.
Kehadiran empat perempuan mulia ini membuat hati Aminah menjadi tenang dan damai. Pada saat tanda-tanda kelahiran sudah dirasakannya, Aminah menyandarkan tubuhnya kepada empat wanita utama tersebut. Mereka kemudian membantu proses kelahiran dan menyambut datangnya Nabi akhiruzzaman, Nabi kekasih Allah SWT.
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad SAW.
(A Muchlishon Rochmat) sumber: www.nu.or.id
ed: Muyas.
Referensi: kitab An-Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Alam karya Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Haitami Asy-Syafii.