Berkarya dengan Agama, Menuntun Masyarakat Menuju Islami
Oleh: Yuni Rohayati
Fatayatdiy.com – Khotimatul Husna? Siapakah beliau? Khotimatul Husna adalah Ulama Perempuan Nahdliyyin yang lahir di Kelurahan Plesungan, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, Jawa Timur pada 27 Maret 1976. Orang tuanya bernama H. Anwar Dawud dan Hj. Siti Maskanah. Lahir dari keluarga yang beragama kuat membuat Khotim mempelajari dasar-dasar agama dari ayah dan ibunya sendiri. Beliau menempuh pendidikan formal tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kapas tahun 1983. Khotim kemudian melanjutkan pendidikannya di MTS dan MA Al-Islamiyah di Pondok Attanwir Talun Sumberejo sampai tahun 1995. Memasuki jenjang MA ini, beliau mulai aktif dalam berbagai organisasi salah satunya OSIS.
Setelah mendapat ijazah MA Al-Islamiyah, Khotim berkeinginan kuliah di IIQ Jakarta tetapi tidak dapat terwujud. Beliau memutuskan untuk mondok selama setahun di Pondok Langitan, Widang, Tuban. Jawa Timur. Di pondok asuhan KH. Abdullah Faqih, beliau sempat menghafal Al-Qur’an 4 juz. Khotim juga ngangsu kawruh kepada KH. Husnan Dimyati di Pondok Al-Hikmah Singgahan, Tuban atas nasihat ibunya.
Tahun 1996, Khotim menjadi mahasiswi Al-Akhwal Asy-Syakhsiyah (Hukum Keluarga Islam) Fakultas Syariah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan lulus pada tahun 2000. Di bangku perkuliahan, Khotim masuk PMII dan menjadi Wakil Ketua Rayon PMII Fakultas Syariah (1998-1999). Selain jabatan tersebut, beliau juga mengisi posisi Wakil Ketua Kordiska (Korps Dakwah IAIN Sunan Kalijaga). Tidak berhenti di situ, beliau aktif pula menjadi anggota redaksi Majalah Advokasia (1997-1999) dan bergiat menjadi Wakil Sekretaris IPPNU DIY (1999-2011). Selepas kuliah, Khotimatul Husna bekerja sebagai editor hingga pada akhirnya pada tahun 2002 menikah dengan Irfan Muttaqin, mantan ketua Kordiska. Pernikahannya dengan lelaki asal Tasikmalaya itu dikaruniai 3 anak perempuan. Khotim tetap berkarya meskipun telah melahirkan putri sulungnya yang bernama Ratu Sheba Sofie Ahimsa tahun 2003 di Penerbit Indonesia Tera, Magelang. Kemudian beliau menjadi editor di Penerbit Mahatari (awal 2005) dan Pilar Media (akhir 2005). Setelah itu, Khotimatul Husna mengikuti suaminya yang sudah terlebih dulu tinggal di Malang.
Ketika di Malang, Khotim semakin produktif berkarya seperti buku ‘Pedoman Membangun Toleransi’, ‘Sukses Berbisnis ala Nabi’; dan ‘Terapi Nabi Mengikis Terorisme’. Berbagai media mempercayai beliau untuk mengisi kolom opini, seperti Kompas, Jawa Pos, rubrik Swara, Koran Tempo, dan Seputar Indonesia. Beliau memilih tema terkait isu perempuan misalnya dalam opini berjudul ‘Ayat-Ayat Cinta: Pro atau Anti Perempuan? (film)’, ‘Spiritualitas Perempuan dalam Perspektif Agama-Agama’, dan ‘Jilbab, Tubuh dan Seksualitas’. Tak ketinggalan, beliau juga menulis resensi buku seperti buku tentang marital rape yang diberinya judul ‘Suami Perkosa Istri’ atau Novel Snow Flower yang diubah menjadi ‘Mendamba Kecantikan dan Pengakuan dengan Penderitaan’. Khotim menjadi bagian dari LKiS dengan bekerja dari rumah.
Di Malang, Khotim membuka pengajian Ar-Rifahah di Perumahan Graha Sejahtera Residence untuk belajar membaca Al-Qur’an yang beberapa kali diisi oleh KH. Marzuki Mustamar, Dr. Faishal Fatawi, dan kyai-kyai lainnya. Sampai saat ini, majelis ta’lim ini masih terselenggara. Berawal dari pengajian anak-anak hingga akhirnya menjalar ke ibu-ibu dan bapak-bapak. Tidak hanya mengutamakan agama, beliau turut aktif dalam kemasyarakatan dengan mengikuti kegiatan ibu-ibu PKK.
Lama di Malang, beliau pulang ke Yogyakarta. Beliau dikaruniai putri kedua bernama Queen Aisha Permata Ahimsa. Disusul dengan kehadiran si bungsu Malika Kimya Mutia Ahimsa. Disela waktunya merawat kedua buah hatinya, beliau masih menyempatkan untuk melatih anak TK dan SD membaca secara gratis. Beliau menjabat sekretaris Fatayat Kota Yogyakarta dan anggota KNPI Yogyakarta pada tahun 2010-2014. Awalnya Khotim masuk di Bidang Sosial PW Fatayat DIY tahun 2015-2017. Namun, setelah mengikuti seleksi dalam Konferensi PW Fatayat NU DI Yogyakarta, Khotimatul Husna akhirnya terpilih sebagai ketua PW Fatayat NU DIY untuk masa khidmat 2017-2022. Khotimatul Husna mendirikan pengajian Syifaul Qulub yang dikhususkan untuk ibu, anak, dan remaja di Banguntapan, Bantul. Khotimatul Husna mengisi pengajian ibu-ibu Nurul Huda dengan acara Dibaan, Yasin, dan Tahlil setiap malam senin selama dua minggu sekali. Sementara itu, setiap malam jumat dua minggu sekali beliau membagi waktunya untuk kelompok pengajian ibu-ibu Nurul Ulum yang diisi dengan bacaan Yasin dan tahlil di Dusun Kepanjen.
Beliau membangun Taman Bacaan Kandank Ilmu (2012) dengan tujuan meningkatkan literasi dalam bidang keilmuan maupun agama. Anak-anak lebih menyukai buku-buku ringan sehingga diadakan kegiatan review buku sebulan sekali. Seakan belum puas dengan pencapaiannya, Khotimatul Husna mendirkan tempat pendidikan Madrasah Diniyah Hidayatut Thullab (2016) dan PAUD Flamboyan.
Berkarya dengan Agama, Menuntun Masyarakat Menuju Islami
Dalam organisasi PKK, beliau merangkap menjadi ketua Pokja II Tim Penggerak PKK Desa Jambidan dan menjadi anggota Pokja II PKK Kecamatan Banguntapan (2013-2015). Beliau meneruskan perjuangannya dengan menjadi pengurus Himpaudi kecamatan Banguntapan tahun 2016-2019). Khotim menjadi salah satu Penyuluh Agama Islam Non PNS di KUA Kecamatan Banguntapan sampai sekarang. Mulai tahun 2018, Khotimatul Husna bersama kaum muda Nahdliyin Yogyakarta menggagas pembangunan SMP dan PP Bumi Cendekia di daerah Gombang, Tirtoadi, Sleman. Khotim menjadi pengasuh pondok tersebut bersama KH. Imam Aziz, Kyai Dr. Rafiq, Kyai Mustafid, dan Hairus Salim.
Khotim adalah sosok perempuan yang tidak memiliki pesantren, bukan pula keturunan kyai, tetapi beliau memiliki tindak tanduk seperti apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Khotim ikhlas memberikan waktu, tenaga, pikiran bahkan tempat tinggalnya demi kemaslahatan umat di sekitarnya. Walau perjuangannya tidak dapat mengubah dunia, tetapi setidaknya memberi perubahan lillahita’ala. Beliau pernah berkata bahwa selama masih hidup, insyaallah beliau akan selalu memberikan warna dalam kehidupan warga dengan sekuat tenaga dan sebanyak apa yang beliau miliki.
Demikian Berkarya dengan Agama, Menuntun Masyarakat Menuju Islami. Semoga bermanfaat.
Penulis : Yuni Rohayati, PAC Fatayat NU Srandakan