Oleh: KH. Abdul Ghofur Maimoen
Pernikahan merupakan bagian dari rencana Gusti Allah SWT. berkenaan dengan kekhalifahan manusia di muka bumi. Jika melihat sifat jalal Allah SWT, pernikahan pastilah sebuah pemaksaan. Akan tetapi, dengan sifat jamal-Nya manusia seperti digiring menuju kenikmatan pernikahan. Manusia bukan saja tidak terpaksa, bahkan mereka berebut merengkuhnya. Jika jalal dan jamal ini digabungkan, maka akan lahir kesempurnaan, al-kamal.
Ini barangkali yang melatari pandangan sejumlah sahabat yang tak melihat pernikahan hanya sebagai persoalan hubungan manusia dengan manusia. Lebih dari itu, menikah bagi mereka adalah bagian dari hubungan manusia dengan Tuhannya, Gusti Allah SWT.
Imam Al-Ghazali dalam bukunya, Ihyaa Uluumid Diin, menyampaikan beberapa riwayat berikut:
Ibn Abbas mengatakan, “Tak sempurna ibadah seorang ahli ibadah sampai ia menikah.”
Ibn Mas’ud mengatakan, “Andai saja tak tersisa dari umurku kecuali sepuluh hari saja, niscaya saya akan senang untuk menikah agar tak sowan kepada Allah dalam posisi tidak beristri.”
Muadz bin Jabal ditinggal wafat oleh dua istrinya akibat wabah thaun. Ia sendiri juga terjangkiti. Dalam keadaan sakit, ia berkata, “Nikahkanlah diriku. Saya tak suka sowan kepada Allah dalam posisi tidak beristri.”
Semoga yang belum menikah segera menemukan pasangannya, dan yang sudah menikah semoga mawaddah dan rahmah, sehingga sakinah.
Sumber: FB KH. Abdul Ghofur Maimoen
Foto: Perjalanan ke Jakarta dengan bus bersama rombongan, saat-saat menulis status ini. Alhamdulillah telah berada di negeri seberang saat finishing.