fatayatdiy.com

Kursus singkat Perempuan dan pencegahan ekstrimisme kekerasan adalah kerjasama antara AMAN Indonesia dengan PW Fatayat NU DIY. Kegiatan ini dilatar belakangi keprihatinan bersama sejumlah perempuan yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam beberapa kasus terorisme.

Data dari Global Terorisme Database (GTD) menyebutkan bahwa aksi terorisme mulai meniingkat sejak tahun 1996 dengan insiden terbanyak pada rentang waktu 2000 (101 insiden) hingga 2001 (105 insiden). Pada tahun 2016 serangan bom terjadi di Bekasi dan pelakunya adalah perempuan, yakni Dian Yulia Novi.

Terungkap beberapa nama lainnya pada kasus pengeboman di luar Jawa, seperti Arina Rahma, Inngri d Wahyu, Munfiatun, dan Dani Carmelit. . Hal ini sebagai bukti bahwa trend radikalisme dan violent extremism di berbagai wilayah di Indonesia semakin banyak melibatkan perempuan sebagai pelaku.

Bahkan melibatkan satu keluarga seperti peristiwa bom bunuh diri di Surabaya pada 13 Mei 2018, di mana pelaku bom adalah sebuah keluarga yang terdiri dari suami Dita Oepriarto (47 tahun), istri Puji Kuswati (43 tahun) dan keempat anak mereka.

Penguatan peran perempuan dalam radikalisme ini bukan sesuatu yang tunggal, ia dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya ideologi, politik dan pergaulan dengan teknologi informasi. Di samping itu, ketika ISIS melibatkan perempuan dalam gerakan mereka bukan tanpa alasan, mereka melihat bahwamenjadikan perempuan sebagai pelaku terror dianggap strategis karena perempuan tidak mudah dicurigai.

Keterlibatan perempuan dalam gerakan ekstremisme juga semakin eksplisit. Jika pada awalnya jihad dianggap hanya urusan laki-laki, kini pemikiran tersebut telah berubah. Pembicaraan ekstremisme dalam keluarga telah bergeser menjadi pembicaraan yang melibatkan perempuan (istri) dan anak-anak, from the “back yard” to “dining room”.  Hal ini bias terefleksi dari berbagai keterlibatan perempuan yang telah disebutdi atas.

Untuk itu, AMAN Indonesia dan PW Fatayat NU DIY berupaya untuk melibatkan sebanyak mungkin masyarakat khususnya perempuan untuk melakukan pencegahan violent extremism termasuk terorisme dengan membekali alat analisa dalam mengenali tanda-tanda radikalisme dan violent extremism. Saat ini AMAN Indonesia bersama PW Fatayat NU DIY mengadakan kursus singkat dalam mengenali tool analisa sebagaimana dijelaskan di atas. Untuk dapat dijadikan bekal oleh masyarakat dalam menganalisa situasi di sekitarnya.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan terhadap peserta lebih mendalam tentang sejarah ekstrimisme di Indonesia dari sebelum kemerdekaan hingga saat ini, trend perubahan peran perempuan dalam ekstrimisme di Indonesia, interseksi HAM Perempuan dan Ekstrimsme di Indonesia dan analisa peran organisasi masyarakat sipil dalam pencegahan radikalisme dan ekstrimisme.

Kursus dilaksanakan pada Hari Sabtu, 28 September 2019 berlangsung sehari penuh dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB bertempat di Kantor PWNU DIY Jl. MT. Hariyono No. 36-42 Suryodiningrat, Kec. Mantrijeron Kota Yogyakarta. Kursus Singkat ini diikuti oleh 45 perempuan muda yang telah diseleksi oleh panitia baik. Peserta berasal dari DIY dan beberapa dari luar DIY, ada dari internal fatayat dan kebanyakan dari lembaga di luar Fatayat. Peserta banyak di dominasi oleh para mahasiswa yang mempunyai ketertarikan pada isu-isu perempuan dan ekstrimism.

Kursus singkat ini difasilitasi langsung oleh direktur utama AMAN Indonesia Dwi Rubiyanti Kholifah, Antusiasme peserta ditunjukkan saat diskusi kelompok dan partisipasi peserta selama acara, selain itu para peserta bertahan hingga akhir acara. Para peserta belajar tentng sejarang ekstrimisme di Indonesia setalah itu bagaimana trend perubahan peran permepuan dalam ekstrimisme, kemudian interseksi HAM Perempuan dan ekstrimisme dan yang terakhir peran CSO dalam pencegahan kekerasan ekstrmisme. Banyak temuan-temuan menarik yang nantinya dapat dijadikan rencana kegiatan berikutnya.

Acara ini didukung penuh oleh Ketua PW Fatayat NU DIY, Khotimatul Husna. Sambutan diberikan oleh Wakil ketua PW Fatayat NU DIY yakni Mustaghfiroh Rahayu . Acara ditutup oleh Rindang Farichah,Wakil Ketua PW Fatayat NU DIY yg membawahi bidang Divisi Hukum, Politik dan Advokasi Fatayat DIY dengan berdoa bersama dan harapan untuk terwujudnya perdamaian dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dan dunia.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here