Melepaskan karena Mencintai
Setelah mengganti pakaiannya yang basah karena hujan, Gus Syauqi duduk menghadap jendela kamarnya, dia memikirkan banyak hal. Perasaan cintanya kepada Farah sudah terlanjur besar, tapi dia tak cukup berani untuk mengakuinya di depan abah dan umminya. Dia sadar betul bahwa Farah hanya santri ndalem yang punya banyak kekurangan, dan ummi sangat mengharapkan menantu menantunya dari keturunan kiai. Sering ummi mengatakan bahwa setidaknya para keturunan kiai itu mendapatkan doa dari para leluhurnya, doa yang penuh keberkahan dan kemuliaan.
“Mas, woy…. Ngelamun aja!”
Gus Syauqi tersadar dari lamunannya, Gus Fuad adik sepupuhnya berdiri di depannya. Gus Fuad terkenal supel dan mudah berbaur dengan para santri.
“Kamu, ada apa kesini?”
“Gosipmu sama Farah dah beredar kemana mana mas. Semua santri membicarakan kalian bahkan sepertinya ummi dan abahmu juga sudah mendengarnya.”
Gus Syauqi menatap Gus Fuad, “Apa yang kau dengar tentang gossip itu?”
“Mas Sayuqi gak tau? Wah, njenengan bener-bener cowok dingin yang gak peduli dengan sekeliling,” kata Gus Fuad.
“Aku bertanya tentang gossip, bukan menyuruhmu menilaiku.”
“Santuy mas, jangan marah dong. Jadi yang aku tahu, semua santri – santri menilai negatif pada Farah. Mereka membicarakan Farah seenaknya mas, aku kadang merasa gak nyaman kalau pada ngomongin Farah yang gak gak. Mereka bilang Farah keganjenan ndeketin mas Syauqi, Farah tidak tahu malu jatuh cinta pada sama gusnya, trus katanya lagi Farah sudah membutakanmu, kata mereka dulu dia juga yang menyebabkan Mas Sayuqi gak mau kuliah di timur tengah, Farah yang membuatmu menolak perintah ummi untuk ta’aruf dengan putrinya kiai Soleh.”
“Mereka menilai Farah seperti itu,” tanya Gus Syauqi.
“Ya walau memang Farah itu agak aneh, tapi kayaknya gak mungkin deh dia merayu njenengan mas, trus opo iyo njenengan jatuh cinta sama Farah?”
Gus Syauqi terdiam, pandangannya Kembali melayang membuat Gus Fuad penasaran, jangan jangan mas sepupuhnya memang jatuh hati pada Farah.
“Tunggu mas, jangan bilang kalau mas sama Farah memang ada hubungan. Gak mungkin kan mas Sayuqi jatuh cinta sama Farah,” tanya Gus Fuad.
“Memang kenapa aku tidak boleh jatuh cinta sama Farah?”
Gus Fuad memegang kepalanya tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Jadi apa yang dikatakan santri-santri benar?”
“Aku tidak pernah digoda Farah. Kami sama sekali tidak pernah saling menggoda. Dia dengan segala karakter uniknya dan kepolosannya mampu membuatku menaruh perhatian lebih. Dan aku jatuh cinta begitu saja padanya.”
“Ehmm….. jadi mas memang ada hubungan tapi apa yang tersebar itu tidak benar.” Gus Syauqi hanya mengangguk.
“Mas, saranku, kalau hubunganmu belum serius, sebaiknya tidak usah dilanjutkan.”
“Maksudmu?”
“Aku kasian sama Farah, dia bisa tertekan dengan keadaan.”
“Maksudmu apa?” Gus Syauqi belum memahami maksud dari adik sepupuhnya.
“Siapa sih mas saudara kita yang menikah bukan dengan dzurriyah pesantren? Tidak ada, semua menikah dengan seorang ning. Bahkan budhe sendiri sudah merencanakan melamar putrinya kiai Jalil buat mas Ahda dan putri kiai Soleh buatmu.” Gus Syauqi masih terdiam.
“Aku tidak meragukanmu ketika kamu mau mempertahankan cintamu mas, tapi lihat Farah? Mas, pernah berpikir bagaimana perasaannya saat santri lain menggunjingnya. Ku dengar beberapa hari lalu dia juga ditimbali ummimu.”
“Ummi?” tanya Gus Syauqi tidak percaya.
“Iya, tuh kang ndalem aja pada ngomongin Farah.”
“Ummi tahu? Ummi duko?”
“Aku gak tahu betul cerita yang sebenarnya bagaiman, tapi aku pikir bu dhe pasti juga mendengar rumor yang sama seperti yang aku dengar tentang Farah.”
Gus Syauqi menghela nafas menyesal karena dia sama sekali tidak tahu dengan apa yang sedang ramai dibicarakan para santrinya.
“Mas, banyak dari teman teman kita yang punya pacar Ketika kuliah, dan Ketika menikah harus pasrah dengan yang disiapkan oleh keluarganya. Coba pikir mas, betapa terlukanya perempuan itu.”
Kalimat Gus Fuad membuat Gus Syauqi semakin bingung.
“Mas, jikapun mas bisa bertahan sampai bisa menikah dengannya, aku tidak yakin Farah bisa bertahan hidup bersama kita yang semua anggota keluarga sangat mementingkan nasab. Pasti dia akan dapat tekanan dari luar juga tekanan dari dalam.”
“Kenapa kalimatmu seolah menilai keluarga kita kejam memperlakukan seseorang yang latar belakanganya tidak sama dengan kita.”
“Ya, yang saya tahu seperti itu mas. Bukan hanya keluarga kita, saya punya teman cewek dan menikah dengan putra kiai, walau semua keluarga mendukung, tapi ada saja sebagian keluarganya yang selalu membandingkan temanku dengan ipar-iparnya yang keturunan kiai. Ini aku tahu dari temanku yang juga masih saudaranya.”
Gus Fuad memang banyak bicara dan dia memang suka mencampuri urusan orang lain, tapi hatinya baik dan punya kepedulian. Hanya saja kebiasaannya untuk bergosip masih belum hilang sejak dulu.
Gus Syauqi memikirkan tentang apa yang dikatakan Ummi kepada Farah. Apakah Farah dimarahi ummi atau sikap Farah tadi atas perintah ummi. Ya! Mungkin saja Ummi yang mempengaruhi Farah, siapa lagi kalau bukan Ummi. Kalau hanya sekedar mba Sari, Farah masih akan bertahan, tapi kalau sudah ummi yang mengatakan sesuatau pada Farah, maka dia tidak bisa menolaknya.
Gus Syauqi membenarkan kata-kata Gus Fuad. Dia belum mulai memperjuangkan cintanya, tapi bisa saja dia sudah melukai Farah. Egois Ketika dia harus mempertahankan hubungannya sedangkan Farah tertekan dan bisa saja tersakiti. Dia juga tidak pernah tahu seberapa kuat dia bisa mempertahankan Farah, padahal dia tahu ummi sudah ingin menjodohkannya dengan seorang ning. Dia juga bukan orang yang akan memberontak perintah ummi. Sekarang atau nanti pun dia bisa melukai Farah. Gus Syauqi mulai memahami apa yang terjadi.
“Mas, Cinta sejati itu tidak harus memiliki, tapi yang penting melihat orang yang kita cintai bahagia?” kalimat Gus Fuad yang lebay, terdengar benar saat ini.
“Jika aku mengakhiri hubungan ini maka dia tidak akan terluka bahkan dia bisa Bahagia, kenapa aku ragu? Jika memang dia adalah jodohku, tentu sejauh apapun aku darinya, Allah akan selalu mendekatkannya untukku,” katanya dalam hati.
“Sudah mas, aku pulang dulu. Selesaikan urusanmu dan buat santri santri diam tidak membicarakan tentang Farah dan tentangmu lagi.” Gus Fuad berjalan keluar kamar, sebelum menutup pintu kamar, Kembali Gus Fuad mengatakan sesuatu pada Gus Syauqi, “Untung aku gak seganteng dan sepinter kamu mas, jadi aku gak sepopuler kamu dalam urusan cinta, hahahaha…”
Gus Syauqi tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakan Gus Fuad sebelum meninggalkan kamarnya.
Gus Syauqi kemudian mengambil kardus yang berisi surat-suratnya dan meyakinkan dirinya bahwa apa yang akan dilakukannya adalah demi kebaikan Farah, demi kebahagiaan Farah.
Gus Syauqi turun dari kamarnya dan mendekati ummi.
“Ummi, ngapunten semua yang ummi dengar bukan kesalahan Farah, jadi tolong ummi dawuhi semua santri supaya tidak bergosip yang tidak benar tentang kami. Syauqi mengaku, kalau Syauqi jatuh hati pada Farah tapi sekarang perasaan Syauqi akan segera Syauqi hapus. Farah sama sekali tidak salah apa-apa.”
Ummi memandang putranya yang sedang mengakui perasaannya. Ummi tak pernah menyangka apa yang terjadi pada putranya. Putranya benar-benar jatuh cinta sama santri ndalem.
“Syauqi kamu,” kata ummi, Gus Syauqi tersenyum. “Ummi jangan khawatir, Syauqi sekarang menyadari sesuatu tentang perasaan ini. Jadi, Syauqi saat ini akan lebih fokus untuk persiapan keberangkatan Syauqi, Syauqi akan fokus S2 dulu.”
“Oh njih ummi, beberapa hari lalu ummi menemui Farah, Syauqi yakin ummi tidak akan mengatakan hal yang menyakitkannya.” Ummi mengangguk anggukan kepalanya.
Gus Syauqi Kembali berjalan keluar menuju sumur sampah, dan meMbaar semua jejak perasaannya kepada Farah.
“Aku akan menghilangkan perasaan ini, tapi bukan karena aku membencimu Farah, justru karena aku mencintaimu maka aku harus menghilangkan perasaan ini, jika kau memang disiapkan gusti Allah untukku maka sejauh apapun aku darimu, Allah akan tetap mendekatkan hubungan ini,” kata Gus Syauqi dalam hatinya.
Farah yang melihat Gus Syauqi meMbaar semua surat-suratnya membuat kakinya lemas dan dadanya sesak menahan kesedihan. Namun dalam benaknya dia bersyukur, Gusnya sudah akan melupakannya, ini lebih baik dan akan membahagiakan semuanya. Karena dia menyadari akan sulit menemukan kebahagiaan saat dirinya dan Gus Syauqi masih mempertahankan perasaan masing-masing. Farah mencoba memejamkan matanya dengan berat, mencoba menenangkan perasaannya.
***
Pagi ini Farah sudah menjalankan aktifitasnya seperti biasa, kali ini dia menjemur baju di tempat parkir. Farah hanya akan menjemur pakaian di tempat parkir, ketika akan terjadi hujan. Farah mampu membaca cuaca, setiap telinga kanannya berdengung keras maka akan terjadi hujan. Semakin lama suara dengungannya semakin lama hujan turun.
Farah mengingat ketika dirinya dan Gus Syauqi masih sekolah dan belum memiliki hubungan, dia selalu mengingatkan Gusnya untuk membawa payung ketika hendak berangkat sekolah. Farah segera menggeleng-gelengkan kepalanya seolah menyuruh bayangan kenangannya pergi.
Farah melihat abah keluar dari rumah untuk berangkat mengajar, segera Farah berlari membawakan payung dan memberikannya kepada Abah.
“Abah, niki payungnya, sepertinya siang nanti akan hujan.” Abah mengambil payung yang disodorkan Farah.
“Nduk, kamu tidak perlu risau dengan kehidupanmu kelak. Matur nuwun payunge,” kata abah.
“Njih Bah, sami sami.” Farah masih terdiam dengan kalimat abah dan dia belum memahami apa yang disampaikan abah.
Setelah selesai, Farah segera ke dapur untuk membantu masak. Suasana dapur tidak seperti biasanya, setelah dia ditimbali ummi, dapur menjadi tempat yang enggan ia lama lama berada di sana. Mba Mba ndalem dan kang ndalem mulai terpengaruh dengan rumor yang tersebar, semua menganggap Farah santri yang tidak tahu malu mendekati Gus Syauqi.
“Kamu ditimbali ummi karena berusaha mempengaruhi Gus Syauqi kan?” kata Ulun. Farah hanya diam.
“Lagian, kamu tuh gak perlu keganjenan di depan Gus Syauqi, dia itu sudah ada yang punya,” lanjut Ulun.
“Tapi kamu sama Gus Syauqi sebenarnya hubungannya kepiye to?” tanya Icha.
Farah bangkit berdiri, “Mba, bisa minta tolong tidak usah membicarakan tentang Gus Syauqi. Kita sama tahu, kalau tidak baik membicarakan putra kiai kita. Perlihatkan rasa hormat kita pada beliau.” Farah berlalu pergi masuk ke kamarnya.
Dia duduk di depan lemarinya sambil memegang foto ibu dan bapaknya. Dia bingung apa yang harus dia lakukan.
Sari masuk ke kamar Farah dan mendekatinya.
“Kamu tidak perlu bersikap seperti itu di depan mba mba yang lain,” kata Sari.
“Maafin Farah mba,”
“Ngapain kamu di sini, ayo Kembali ke dapur.”
Farah enggan beranjak, dia memegang tangan Sari dan menghentikan langkah Sari.
“Mba, aku ingin boyong dari pondok.”
Sari terkejut dan memandang adik sepupunya itu.
“Kamu akan ke mana?”
“Aku akan pulang ke rumah, lagian mas Reyhan juga tidak mau tinggal di rumah ibu. Sebaiknya rumah itu sudah harus ada yang mengurusinya,”
“Bapakku dah bantu urus rumahmu.”
“Pak dhe sudah sepuh mba, dan mba Sari juga tahun depan akan menikah. Aku tidak ingin lebih lama lagi di sini. Selain aku tidak ingin para santri membicarakan Gus Syauqi, aku juga tidak ingin lebih lama merepotkan ummi dan abah. Aku sudah harus memulai hidup mandiri.”
“Tidak, Mba tidak setuju, kamu harus tetap di sini, selagi mba mu ini masih di sini.”
“Mba Sari, Farah minta tolong, kali ini Mba Sari mengabulkan permintaan Farah nggih… Farah ingin boyong, saestu.” Kalimat Farah dan tatapan matanya membuat Sari terdiam cukup lama, dia tidak bisa membiarkan adiknya hidup sendirian di rumahnya. Apa yang bisa dia lakukan dan kebutuhan sehari hari siapa yang akan memenuhinya. Sari juga adalah anak tunggal dan orang tuanya tinggal bapaknya saja, ibunya sudah meninggal sejak Sari masih kecil.
“Mba belum bisa mengabulkan permintaanmu,” kata Sari.
“Mba…. Farah mohon, Farah ingin boyong, saestu mba….” Suara Farah melai tercekat dan air matanya mulai jatuh ke pipinya.
(bersambung)
*Saksikan terus lanjutannya ya…. akankah cinta gus dan santri ndalem ini bisa bersatu atau hanya cinta dalam mimpi semu yang akan hilang saat mereka terbangun?
Silahkan ajak temanmu yang lain untuk ikut menikmati kisah unik Farah dan Gus Syauqi, semoga mendapatkan pelajaran dan juga manfaat di setiap episodenya. Sekaligus terhibur dengan perjalanan kisah cinta mereka.
Ditunggu juga komennya, masukannya juga kesan kamu setelah mengikuti cerbung ini. Jika berkenan silahkan Share link ini kemudian sapa saya di fb Muyassaroh Hafidoh atau IG @muyassaroh_H.
Terima Kasih.
*Muyassarotul H, adalah ibu dari tiga anak. kegiatan sehari-harinya adalah membersamai keluarga di rumah serta anak – anak di TPA dan Madrasah Diniyah Masjid Az Zahrotun Wonocatur Banguntapan Bantul. Bisa dihubungi melalui fb: Muyassaroh Hafidzoh dan Ig: Muyassaroh_h