Bidang OPP (organisasi pelatihan dan pengkaderan) sukses menyelenggarakan pelatihan LKD (pelatihan kepemimpinan dasar) untuk para kader PW Fatayat NU, pada tanggal 10-11 Desember 2022 yang difasilitasi oleh Ibu Lasmi selaku sekretaris PW Fatayat NU dan Dyah Ari Isnaini selaku koordinator bidang OPP.
Kegiatan ini bertujuan untuk pengkaderan anggota fatayat sebagai penerus kepemimpinan dan kepengurusan di masa depan. Adapun materi dikemas secara interaktif, menarik dan menyenangkan. Di hari pertama, kegiatan membahas materi keaswajaan, kefatayatan dan citra diri. Penyampaian materi menggunakan metode diskusi dengan menayangkan film yang menceritakan tentang sejarah NU, Tokoh-tokoh pendiri NU, kiprah NU dan peran NU dalam pembentukan negara Indonesia dan pancasila.
Sesi selanjutnya tentang Fatayat dan citra diri yang disampaikan dengan metode word coffee, yaitu peserta dibagi dalam 3 kelompok dan masing-masing kelompok mencari dan menulis tokoh fatayat yang inspiratif. Tiga tokoh tersebut adalah Ibu Ida fauziyah Menteri Ketenagakerjaan, Maria Ulfah Anshor, dan Nyai Nihayah Bakri.
Dalam sesi ini para peserta belajar dari ketiga tokoh perempuan tersebut selain berkhidmah untuk Fatayat, mereka juga memiliki peran yang sangat luas dalam bidang yang lain dan berhasil menampilkan citra diri yang memiliki kontribusi besar untuk NU, negara dan bangsa tanpa meninggalkan nilai-nilai fatayat.
Materi pelatihan di hari kedua membahas seputar kepemimpinan dan keorganisasian, materi disampaikan secara interaktif dengan metode role play (bermain peran) yang dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok menggambarkan 6 macam tipe kepemimpinan yang akan dijalankan kelompoknya yaitu kepemimpinan otoriter, konsultatif, demokratis, karismatik, delegatif dan visioner.
Di masing-masing kelompok akan dipilih satu sosok pemimpin dan akan diminta memimpin sesuai dengan salah satu tipe kepemimpinan yang disebutkan di atas. Setelah itu setiap anggota akan diminta menggambarkan tipe kepemimpinan di masing-masing kelompoknya termasuk pada kategori tipe kepemimpinan yang mana.
Dari kegiatan role play tersebut para peserta belajar bahwa penerapan tipe kepemimpinan tidak tergantung hanya pada satu jenis tipe saja, tetapi tergantung kondisi dan situasi yang dihadapi di masyarakat, misalnya saja tipe konsultatif dibutuhkan di situasi dimana pemimpin harus mendengarkan pandangan dan pendapat anggotanya, sehingga menghasilkan keputusan yang adil dan memenuhi suara banyak orang. Sementara tipe otoriter terkadang dibutuhkan jika seorang pemimpin dituntut mengambil keputusan dengan cepat dan tanggap terhadap situasi yang dihadapi. Dengan demikian pemimpin dituntut untuk bisa memposisikan dan membawa diri dimanapun tanpa meninggalkan nilai-nilai Fatayat.
Materi selanjutnya yaitu tentang Kesetaraan gender. Pada sesi ini menggunakan metode bercerita, di sesi ini peserta juga dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing diberikan kata kunci tentang nilai-nilai kesetaraan gender di antaranya yaitu: Kodrat, mubadalah (kesalingan), keadilan gender, kesetaraan gender dan sebagainya. Kemudian masing-masing kelompok diminta menjelaskan semua kata kunci yg diberikan dengan metode bercerita.
Pembelajaran penting dari sesi ini yaitu perempuan dan laki-laki harus bekerja sama dan menerapkan nilai-nilai kesalingan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan di berbagai ranah kehidupan.
Sesi terakhir yaitu penyampaian materi terakhir dari KH. Zuhdin Mudhlor, ketua PWNU DIY tentang Islam dan Wacana kebangsaan. Kyai Mudhlor menjelaskan bahwa Islam hadir di Indonesia dengan tanpa menghilangkan budaya dan tradisi yang sudah ada di Indonesia, bahkan Islam menyelipkan syiar melalui budaya yang sudah lebih dulu ada di Indonesia. Dengan demikian Indonesia merupakan lahan dakwah bagi Islam dan dalam hal ini Islam akan berusaha mempertahankan NKRI.