Nyai Hj Aswandiyah Ulama Perempuan Ispiratif Bantul

Oleh: Dewi Fatmawati

Fatayatdiy.com – Bagi warga Nahdliyin daerah Bantul, sebutan untuk warga Nadlatul Ulama, nama beliau ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga. Hj. Aswandiyah atau Ibu Nyai Aswandiyah namanya, salah satu tokoh yang memperjuangkan NU melewati berbagai kegiatan keagamaan khususnya di Bantul sendiri. Beliau tidak hanya sendirian, namun memiliki banyak sekali anggota dalam menjalankan majilsnya,

Hj. Aswandiyah lahir pada tanggal 05 Mei 1958 di Kabupaten Bantul, D.I.Yogyakarta. Beliau lahir dikeluarga sederhana yang sedari kecil sudah diajarkan agama oleh kedua orang tua beliau dan mengenyam pendidikan pondok dengan basis kitab selama 6 tahun dengan Kyai Kholiq. Dari ayahnya sendiri dulu mengenyam penidikan pondok di Kudus untuk Qur’an kemudian dilanjutkan di Al Munawir Krapyak untuk kitabnya dan terakhir dengan Kyai Muhyi Jejeran, namun ayah beliau tidak menghafal. Dari seorang ayah bernama Abdul Jalil dan soerang ibu bernama Hadiyah beliau gigih dalam berorganisasi. Beliau juga berasal dari yang sederhana yaitu bapak bekerja sebagai petani dan ibu bekerja membatik.

Hj. Aswandiyah memiliki 6 saudara diantaranya dual aki-laki dan 4 perempuan termasuk beliau. Beliau merupakan anak ke 4 dan semuanya bekerja sebagai guru. Beliau menikah diusia muda diumur 19 tahun setelah lulus SLTA dengan suaminya yang bernama H. Topan Sutrisna. Setelah menikah beliau dikaruniai dua putra yaitu bernama H. Ihsan Abidi dan H. Isnan Rosyid. Dari kedua anak beliau ini dikarunai dua orang cucu yang bernama Ahmad Diwani Kamal Rasyid dan Liyana Nafil Kamila Rasyid. Dan yang paling membanggakan lagi anak kedua dan kedua cucunya ini merupakan penghafal Qur’an.

Hj. Aswandiyah merupakan seorang ibu rumah tangga yang aktivitas sehari-harinya adalah mengajar ngaji. Beliau mendirikan majelis ini setelah beliau menikah. Beliau mengajar mulai dari anak-anak dan remaja-remaja serta sebagian sudah menikah. Karena sejak kecil sudah terbiasa dengan kegiatan keagamaan didesa kelahirannnya.

Hj. Aswandiyah dulu mendirikan majlis taklim bernama Roudlotul Fata yang didalamnya tidak hanya mengaji, namun juga ada membaca maulid Al Barzanji. Jamaah yang mengikuti dari berbagai daerah di Kabupaten Bantul seperti Jetis, Kretek, Pundong, dan Imogiri. Awal mula yang menjadi jamaah beliau hanya 150 orang kurang lebih remaja semua putra dan putri. Dan setiap awal tahun semua jamaah ini diajak ziaroh bersama-sama. Dan sampai pada akhirnya beliau menjodohkan jamaah putra dan putrinya ini sampai sekarang bahagia dan sudah mempunyai anak.

Bermula dari Roudlotul Fata anggota jamaah dari Hj. Aswandiyah yang sudah menikah semua, akhirnya beliau mendirikan majelis taklim lagi bernama Muslimatun Hasnah sejak tahun 1996. Tidak diragukan lagi majelis ini karena sudah mendapatkan sertifikat dari Kemenag Kabupaten Bantul dan sudah resmi diakui sampai sekarang dan memiliki jamah kurang lebih 1000 orang diseluruh Kabupaten Bantul. Beliau mendirikan majelis ini karena memiliki motivasi bahwa seorang Ibu itu harus mandiri, harus kuat dan harus pinter. Didalamya pun tidak hanya mengaji dan membaca mauled Al Barzanji tetapi juga diisi dengan Hadroh.

Dimajelis Muslimatun Hasnah ini, beliau membuat sebuah wiridan untuk anggota ibu-ibu didalam majelis ini. Wiridan yang dimaksud adalah membaca 1000 shalawat,1000 surat Al Ikhlas dan muqodman online dan setiap satu bulan dua kali khatam. Dan luar biasanya lagi, dulu setiap muqodaman semua fokus dzikir dan mendengarkan pengajian yang beliau sampaikan. Didalam pengajian beliau biasanya juga menyampaikan tentang fikih wanita, karena anggota beliau sebagian besar adalah ibu-ibu.

Nyai Hj Aswandiyah Ulama Perempuan Ispiratif Bantul

Dalam berjuang tidak mungkin tidak ada halangan. Sama halnya dengan beliau. Banyak sekali beliau mendapatkan cobaan, salah satunya adalah difitnah. Berawal dari seseorang yang disuruh oleh suami beliau untuk khutbah jumat di masjid beliau karena rumahnya berdekatan dengan masjid. Akan tetapi, berulang kali orang ini khutbah tidak mengenal waktu dan kadang sampai jam 1 siang. Tidak hanya itu, didalam penyampaian khutbahnya orang ini seperti menebarkan fitnah dan ujaran kebencian terhadap orang lain serta mengarah seperti kedalam hal radikalisme. Dan itu ada dari Kemenag sendiri sudah mengatakan bahwa jika seorang khotib ceramahnya menimbulkan fitnah dan radikalisme maka harus dihentikan. Khotib tersebut dengan berbagai cara tidak mau dihentikan dan akhirnya pengurus masjid rapat untuk menurunkan beliau. Sampai pada akhirnya Hj. Aswandiyah dan suami akhirnya dilaporkan oleh orang tersebut karena tidak terima dirurunkan dari khotib. Akhirnya karena kejujuran Bu Nyai Aswandiyah dan suami, dua kali dipanggil di Bareskrim beliau dan suami tidak ditahan. Karena beliau memiliki prinsip jujur dan yang penting omongan dari Kyai bab hukum itu selalu dipakai dalam keadaan apapun.

Bermula dari masa muda yang menyukai organisasi, beliau menginginkan anak-anaknya untuk bisa berorganisasi dan berjuang serta karena banyak sekali manfaat. Dari kedua orang tua beliau menginginkan untuk mengamalkan apa yang sudah beliau miliki dimana beliau tinggal setelah menikah. Dan pada akhirnya bermula beliau mendirikan masjid didaerah beliau dengan lingkungan yang banyak anggota PKI dan lingkungan yang kebanyakan sebagian besar non islam. Dan setelah berbagai perjuangan beliau dari nol sampai pada saatnya sekarang dapat mendirikan berbagai majelis taklim. Beliau tidak hanya aktif di Muslimat Bantul, selain itu dulu pernah menjabat di Kemenag, MUI, DMI, DPRD dan banyak lainnya. Di Muslimat Bantul beliau sudah sejak dulu periode Bu Nyai Ida Zainal dan sampai periode di Bu Nyai Nadhiroh. Dan beliaulah yang mengusulkan Bu Nyai Nadhiroh untuk menjadi ketua ketika itu konferensi di Kecamatan Pandak sebagai Ketua Cabang Muslimat Bantul. Dan pada akhirnya saat ini Pimpinan Cabang Muslimat Bantul diketuai oleh drg. Hj. Siti Roikhana Munawaroh, MPH.

Beliau tidak hanya mengajar mengaji dan berorganisasi, tetapi beliau juga banyak diminta ceramah dan mengisi acara salah satunya pada saat pembekalan lurah desa se-Kabupaten Bantul meski beliau tidak ada gelar sarjana. Beliau banyak sekali sertifikat dan pengalaman yang menyebabkan berani untuk berbicara didepan banyak orang mengenai agama karena memiliki pondasi dari sertifikat diklat beliau.

Dari beliau juga menginginkan organisasi khususnya di NU untuk maju dan menjadikan anak-anak remaja yang saat ini menjadi kader yang militan dan bukan hanya numpang nama di NU saja. Salah satu pesan beliau adalah generasi muda penerus diorganisasi NU tidak boleh pantang menuerah apaun cobaan dari perjuangan kita, kalo kita yakin Allah akan meridhoi, kita tinggal menjalankan. Dan ketika kita benar-benar berjuang maka rejeki akan hadir dengan sendirinya.

Demikian Nyai Hj Aswandiyah Ulama Perempuan Ispiratif Bantul. Semoga bermanfaat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here