PW Fatayat NU DIY bekerjasama dengan PC Fatayat NU Gunungkidul menyelenggarakan acara Majelis Mubadalah pertama di Indonesia pada Ahad 20 Januari 2019 di SMK Ma’arif Wonosari Gunungkidul D.I. Yogyakarta. Dalam Acara Majelis Mubadalah pertama ini dimulai dengan membaca sholawat Mubadalah dan Sholawat Musawa. Kemudian dilanjut acara diskusi buku Qiro’ah Mubadalah yang dibedah oleh Muyassarotul Hafidzoh (Litbang PW Fatayat NU DIY), KH. Zudi Rahmanto (PCNU Gunungkidul), dan KH. Faqihuddin Abdul Kodir (Penulis Buku Qira’ah Mubadalah).

Buku Qira’ah Mubadalah yang ditulis oleh seorang cendekiawan muslim KH. Faqihuddin Abdul Kodir ini merupakan buku yang sangat bagus, bahkan menurut Muyassarotul Hafidzoh, buku ini harus masuk dalam daftar buku wajib dibaca pada tahun 2019.

“Buku yang luar biasa ini mengupas tuntas tentang bagaimana cara yang bijak dalam memandang perbedaan (termasuk laki-laki dan perempuan) dan menggiringnya dalam sebuah konsep berpikir mubadalah (kesalingan) untuk menuju kemaslahatan,” jelas Muyas.

Pembicara selanjutnya adalah KH. Zudi Rahmanto, M.Ag, dalam pandangannya tentang buku ini menegaskan bahwa Qira’ah Mubadalah bisa menjawab bagaimana membangun relasi yang baik sesama manusia, buku ini tidak ada penjelasan yang menyalahkan teks.

“Sebenarnya yang perlu diluruskan adalah kerangka dan paradigma berpikir tentang teks tersebut. Ketika Islam datang, kondisi masyarakat Arab pada saat itu sangat kental dengan nuansa feodal dan dalam kondisi ini perempuan dianggap sebagai beban. Siapapun yang memiliki anak berjenis kelamin perempuan akan masuk dalam “terrible system” sehingga kehadiran bayi perempuan sangat tidak diinginkan. Perempuan pada zaman itu dianggap sebagai “thing” dan bukan “person” sehingga dalam cara berpikir orang arab saat itu perempuan dapat di tukar, diperjualbelikan, diperbudak, dan sejenisnya layaknya “thing” (barang). Islamlah yang kemudian datang untuk memuliakan perempuan,” jelas Zudi.

Buku Qira’ah Mubadalah, menurut KH. Zudi merupakan konsep kesalingan yang dapat diaplikasikan dalam keadaan apapun dan dimanapun. Dan semua kita hendaknya berusaha menghembuskan nafas kesalingan dalam lini-lini kehidupan masyarakat. Dengan kata lain kita perlu untuk melakukan “ikrar kesalingan” (saling menghargai, saling memahami, saling membantu, saling memaafkan, saling menjaga, dan kesalingan yang maslahah lainnya) dalam hubungan keseharian di dalam keluarga, di tempat kerja, ataupun didalam masyarakat.

Kemudian KH. Faqihuddin Abdul Kodir sebagai penulis buku ini menyampaikan bahwa buku ini adalah hasil dari risetnya selama 20 tahun tentang konsep kesetaraan gender yang bersumber dari kitab kitab hadis, buku-buku kontemporer, jurnal, majalah, bahkan menyertakan indeks ayat ayat Al Qur’an serta indeks teks teks hadits.

Ayat Alqur’an yang sangat mewakili buku ini adalah QS. at-Taubah (9):71 yang sarat dengan konsep kemitraan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan. Dalam pernyataan akhir beliau menyampaikan pesan bahwa kita semua, berapapun usia kita, ayo selalu bahagia dan membahagiakan.

(Nur Laili; PC Fatayat Gunungkidul)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here