PW Fatayat NU D.I Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia mengadakan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Perempuan Penggerak Masyarakat yang berlangsung 10-11 September 2022. Bertempat di Aula Parangkusumo, Ros In Hotel Yogyakarta acara kali ini mengangkat tema “Memperkuat Khidmah dan Sinergi Akar Rumput”. Acara ini diikuti oleh kurang lebih 120-an dari pengurus dan seluruh tamu undangan.
Ada 3 sesi diskusi pada kesempatan kali ini, dengan masing-masing sesi memiliki tema besar. Tema diskusi pada sesi yang ketiga ialah Perempuan, Kesejahteraan Keluarga dan Cita-Cita Indonesia Maju. Pada sesi kedua, acara dipandu oleh Linda Nurfitria Astuti, M.Hum. dan diisi oleh Wisnu Hermawan, S.P.,M.T. selaku Kabid Layanan Kewirausahaan KUKM Dinkop DIY dan Dra.Hj. Sofiatun Gudono, MSi. selaku
Fashion Designer DIY.
Dalam hal kesejahteraan ekonomi, menurut Wisnu Hermawan, S.P.,M.T. pemerintah melalui melalui kementerian koperasi mengajak koperasi harus bertransformasi. Koperasi menjadi wadah perekonomian yakni dengan menjembatani usaha-usaha masyarakat. “Kami mengajak generasi muda mau berkoperasi, karena kebanyakan koperasi di isi oleh orang-orang yang sudah tua,” jelasnya.
Perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi bangsa. “Ekonomi adil untuk semuanya tidak memandang laki-laki dan perempuan. Inilah konsep ekonomi Pancasila. Pancasila harus bisa menjawab isu-isu yang sekarang dan seperti ketimpangan, digitalisasi sehingga mengajak masyarakat mau memiliki usaha dan menjadi wirausaha,” jelasnya lagi.
Beliau menjelaskan bahwa UU cipta kerja menunjukan dukungan pemerintah terkait peningkatan ekonomi. “Koperasi diberi slot untuk membuka usaha, bahkan ada fasilitas umum 30% persennya untuk memasarkan produk UKM salah satunya di bandara NYIA,” imbuhnya lagi. Pemerintah bekerjasama antar daerah bagaimana memasarkan berbagai produk di antar daerah. Melalui peluang ini, kesempatan mengembangkan ekomomi keluarga terbuka bagi siapa saja termasuk kader Fatayat NU.
Dra.Hj. Sofiatun Gudono, MSi. Memberikan semangat kepada peserta sosialisasi pada diskusi sesi ketiga. Menurut beliau, perempuan harus memiliki semangat untuk berani berbicara yang benar adalah benar yang salah adalah salah. “Kalau salah harus berani ditinggalkan jangan sampai ada kezaliman didiamkan harus tegas melakukan penegakan kebenaran,” jelasnya. Beliau mengajak untuk para perempuan bisa menunjukan potensi, setiap perempuan diberikan bakat keahlian masing-masing, ada yg jadi notaris, dokter, potensi sesuai keahlian bahkan menjadi entrepreneur yang professional.
“Kata profesional harus ditanamkan kepada diri kita, menjadi ibu yang professional,” imbuhnya lagi. Beliau menambahkan bahwa perempuan adalah menteri keuangan dalam rumah tangganya. Maka jangan sekali-kali menyepelekan kemampuan istri. “Dengan kemampuan ini, perempuan bisa berkarir tetapi bebannya akan semakin berat. Semakin berjaya membangun kesetaraan dan kehidupan yang sejahtera, para perempuan di Indonesia hebat-hebat. Perempuan bisa berkarya dalam hal apapun, sehingga tidak hanya sebagai pelayan suami bahkan bisa lebih dari itu yakni membangun kesejahteraan,” imbuhnya lagi. (Media Fatayat NU DIY)