Akhir pekan bagi kader Garfa Fatayat NU bukan hanya waktu untuk keluarga, akan tetapi juga waktu untuk belajar. Bertempat di Hotel Merapi Merbabu Seturan Yogyakarta, Sabtu, 17 Januari 2020, Garda Fatayat NU DIY bekerjasama dengan Serve (Society Against Radicalism and Violent Extrimism) Indonesia menyelenggarakan Workshop Penguatan Garda Fatayat NU terhadap Isu Radikalisme dengan tema “Meningkatkan Peran dan Kapasitas Perempuan Muda Fatayat NU dalam Menangkal Radikalisme dan Kekerasan Ekstrim”.
Persoalan radikalisme dan kekerasan ekstrim di Indonesian semakin mengkhawatirkan. Bibitnya juga terus bermunculan. Terakhir, di Yogyakarta, kita disuguhi tepuk pramuka yang disusupi paham radikal terhadap kelompok lain. Menyadari kondisi demikian, Garda Fatayat sebagai “non-state actor” yang peduli dengan isu keamanan dan kemanusiaan merasa terpanggil untuk meningkatkan kapasitasnya atas maslaah radikalisme dan kekerasan ekstrim.
Kegiatan yang dirancang dua hari ini akan membekali anggota Garfa dengan pengetahuan mengenai apa itu radikalisme, untuk membedakan dengan istilah-istilah lain yang mirip, bagaimana radikalisme beekrja di Indonesia, apa pula kekerasan ekstrim dan sejarah kekerasan ektrim di dunia dan Indonesia. Selain itu, workshop ini juga akan membahas mengenai bagaimana narasi bekerja secara psikologis dan sosial untuk mendukung radikalisme. Di akhir workshop akan dibahas mengenai peran perempuan dalam pencegahan radikalisme dan terorisme. Sebagai fasilitator dan narasumber kegiatan ini ada sederet nama-nama ahli dalam bidang radikalisme seperti Dete Alliah (Direktur Serve Indonesia), Mohd Adhe Bhakti (Direktur Eksekutif PAKAR), Septiaji, Jack Alto Luger, dan juga “mantan”anggota Ji Pak Ucup.
Khotimatu Husna, Ketua PW Fatayat NU DIY, dalam sambutannya mendukung penuh dan berbahagia dengan kegiatan ini. Garda Fatayat yang belum berumur satu tahun sudah banyak berkiprah dalam kegiatan kemanusiaan di desa-desa di Yogyakarta. Setiap ada bencana alam, anggota Garfa tanpa diperintah menginisiasi kegiatan tanggap bencana. Kegiatan kali ini sangat berguna melengkapi kecakapan yang sudah dimiliki oleh anggota Garfa saat ini, terutama dalam berhadapan dengan isu radikalisme dan kekerasan ekstrim.
Dete Alliah, Direktur Eksekutif Serve Indonesia, merasa beruntung bisa bekerjasama dengan Garda Fatayat untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Posisi perempuan dalam peta gerakan radikalisme tidak lagi dipinggir. Mereka sudah menjadi bagian penting dari gerakan, bahkan menjadi aktor utama tindakan kekerasan ekstrim. Karena itu, penting untuk membekali para perempuan dengan kapasitas untuk merespon dan mengcounter gerakan radikal di sekitar mereka. Anggota Garda Fatayat bisa diandalkan dalam kerja-kerja tersebut.
Keterlibatan perempuan dalam gerakan radikal di Indonesia juga diamini oleh Dr. Arif Rohman, Pengurus Wilayah NU DI Yogyakarta. Apa yang tampak saat ini sebenarnya hanyalah fenomena gunung es. Budaya patriarkhi yang menuntut perempuan tidak banyak bicara, memungkinkan banyak perempuan korban radikalisme tidak muncul dan menunjukkan diri. Jadi, mereka yang berani berbicara hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan perempuan yang terlibat dalam kegiatan radikalisme dan kekerasan ekstrim. Karena itu, membekali para perempuan untuk memiliki pengetahuan, perspektif dan juga keberanian aksi untuk menghilangkan radikalisme dan kekerasan ekstrim menjadi penting. Itulah pentingnya kegiatan ini.
Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh 30 peserta perwakilan Garfa dari semua kabupaten wilayah Yogyakarta dan perwakilan dari PW Fatayat NU Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Penulis: Mustaghfiroh Rahayu