Divisi Litbang PW Fatayat NU DIY bekerjasama dengan pusat Studi gender UNU menggelar kelas intensif#2 dengan tema ” Gender dan Poskolonialitas ” bersama Dr Katrin Bandel (penulis buku kajian gender dalam konteks pasca kolonial dan dosen Pascasarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).
Kegiatan ini berlangsung pada 10 – 20 Agustus 2020 selama lima kali pertemuan melalui kelas online, zoom meeting. Topik yang diangkat dalam kelas intensif kali ini adalah tentang Feminisme Kolonial, Pengalaman Perempuan dalam konteks Pasca kolonial, Posisionalitas dan Esensialisme Strategis, Maskulinitas dan Relasi Kuasa Global, dan dipertemuan kelima akan digelar diskusi dengan topik Menuju Kesadaran Pascakolonial dalam Kerja Gender.
Kelas intensif ini juga akan menghadirkan Dr. Nur Rofiah, Bil.Uzm (Pengurus Lembaga Kemashlahatan Keluarga PBNU), sebagai penanggap akhir.
Pada pertemuan perdana ini, Dr Katrin Bandel menyampaikan bahwa pemahaman tentang feminisme adalah satu hal yang penting, terlebih lagi di tengah situasi sulit seperti saat ini, yakni situasi dimana feminisme sering disalahgunakan sebagai bagian dari wacana kolonial dalam kontek misi peradaban.
Misi peradaban yang dimaksud adalah gagasan awal yang dikembangkan oleh dunia Barat pada awal abad 19 yang kemudian menjadi ciri imperialisme barat secara umum, dengan asumsi dasarnya adalah : Superioritas Eropa.
Lebih lanjut Dr Katrin menyampaikan bahwa tantangan bagi kita selanjutnya adalah bagaimana cara membicarakan gender serta bagaimana memperjuangkan keadilan gender dengan tepat di tengah situasi yang kita hadapi.
PW Fatayat NU DIY selalu berupaya untuk membuka ruang-ruang menuju tercapainya kesetaraan baik dengan diskusi, pendampingan di masyarakat, kampanye media, dan juga membuka kelas kelas feminisme, seperti kali ini. Forum ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi Gerakan masyarakat yang lain, bahwa sekecil apapun langkah yang dilakukan, akan berdampak besar untuk kesejahteraan dan kemajuan Indonesia.
(nurlaily f. )
Kelas yg luarbiasa dan mencerahkan