BUAH TANPA HATI
“Nak, kita tidak boleh tergesah – gesah, kita harus memikirkan matang-matang tentang hal ini sayang,” kata ibu yang juga kebingungan dalam hal ini.
“Ini anak haram ibu, Hilda ingin menggugurkannya, Hilda tidak mau punya anak. Hilda mau sekolah…”
Tangannya yang memukul-mukul perut membuat ibu semakin khawatir.
“Hentikan Hilda, jangan menyakiti diri sendiri…. Nak, istigfar nak…”
Hilda semakin menangis, ibu segera memeluk Hilda dengan erat. Pelukannya memberi ketenangan yang sementara.
“Ya Allah… lindungi anak hamba… apa yang harus hamba lakukan. Bahayakah jika kandungan Hilda digugurkan? Atau sebaiknya saya mencari siapa yang menghamilinya dan memintanya bertanggungjawab. Tapi, saya belum bisa menerima jika Hilda menikah. Lalu, jika Hilda tidak menikah, apa kata orang jika bayi ini kemudin lahir? Ya Allah… apa yang harus saya lakukan??” bisik hati ibu semakin tidak menentu. (bersambung)
___________
Mohon Maaf, untuk Kisah Hilda kami hapus dari web, karena sudah masuk proses Edit untuk diterbitkan dalam bentuk Novel.
Teruntuk Sahabat Pecinta Kisah Hilda, penulis haturkan terima kasih sudah berkenan membaca kisah Hilda, dan tunggu kehadiran kisah Hilda dalam bentuk Novel pada awal tahun 2020.
Salam Cinta untuk Semuanya.
*Cerbung: Muyassaroh H, asal Panguragan Cirebon. Saat ini menetap di Wonocatur Baguntapan Bantul. Bersama keluarga kecilnya Ia menemani anak-anak di TPA Masjid Az-Zahrotun.
FB: Muyassaroh Hafidzoh
IG: muyassaroh_h