Salah satu elemen penting dalam pendidikan merupakan sumber daya manusia yang sangat diandalkan. Sumber daya manusia merupakan pelaku utama yang beraplikasi dalam organisasi, karena itu elemen sumber daya manusia merupakan hal yang sangat berperan dalam mencapai tujuan organisasi. Peran sumber daya manusia pada organisasi adalah sebagai pelaksana dan menentukan apa yang dapat dicapai dengan fasilitas yang tersedia. Tugas setiap individu dalam organisasi berbeda-beda. Individu yang dibebani tugas sesuai dengan kemampuannya cenderung lebih maksimal dalam mengerjakanya. Pendidikan di SLB masih sering kita lihat sebelah mata.

Menurut Robbins kemampuan merupakan keterampilan dan kecakapan yang dimiliki individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan memanfaatkan suatu kesempatan dengan menyelaraskan dan memotivasi diri untuk mencapai tujuan  (Kadir, dkk., 2014). Tujuan dan hambatan dari setiap organisasi sangat beragam. Hambatan yang biasanya terjadi di organisasi yaitu stres meningkat, beban kerja meningkat, anggaran berkurang dan permintaan berubah, namun sebagai organisasi yang baik tetap harus berusaha beradapatasi dengan kompetisi global, perubahan sosial serta tekhnologi yang cepat dan iklim lingkungan (McEwen, 2011).

Solusi untuk menangani dan mengurangi hambatan organisasi salah satunya adalah memperhatikan kemampuan resiliensi karyawan. Resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002) adalah kemampuan untuk bertahan dan adapatasi ketika hal sulit terjadi. Resiliensi dianggap sebagai kunci kesuksesan di dunia kerja dan mencapai kepuasaan di dalam hidup.

Perkembangan ilmu pengetahuan membuat resiliensi diperhatikan dalam ranah organisasi. Mengingat dampak positif dari resiliensi, memperhatikan dan meningkatkan resiliensi karyawan di dunia kerja merupakan hal yang efektif bagi organisai atau perusahaan. Resiliensi dalam dunia kerja memiliki manfaat mengubah ancaman berupa risiko, ketidakpastian yang berhubungan dengan sumber global, perubahan teknologi, penyusutan tenaga kerja, keletihan fisik, stres dan emosi menjadi kesempatan untuk bertumbuh, berkembang serta meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi demi perubahan yang lebih baik (Liwarto & Kurniawan, 2015). Karyawan yang memiliki tingkat resiliensi tinggi dipercaya dapat bekerja di lingkungan seperti apapun dan memiliki cara-cara tersendiri untuk melakukan tugas-tugas pekerjaan mereka (Astika & Saptoto, 2016).

Menciptakan resiliensi di dunia kerja dapat dimulai dari manager atau atasan yang memberikan tugas kepada karyawanya sesuai dengan kemampuan pengetahuan dan masuk akal atau manusiawi (Malik, 2013). Dampak organisasi yang tidak memiliki Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan tetap mampu bertahan sedangkan perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan baik akan mengalami kemunduran (Robbins, 2005).

Hal yang dapat dilakukan untuk melihat ciri-ciri individu resilien adalah dengan melihat beberapa kemampuan antara lain; emotion regulation, impuls control, emphaty, optimism, causal analisys, self-efficacy dan reaching out. Ciri-ciri individu dari Reivich & Shatte (2002) tersebut juga dijadikan sebagai aspek dari resiliensi. Kemudian kemampuan-kemampuan tersebut dijadikan aspek resiliensi oleh Reivich  dan  Shatte  (2002). Resiliensi hanya dapat dikembangkan ketika seseorang benar-benar mengalami kemunduran dan hambatan dengan pekerjaan yang dilaluinya (McEwen, 2011).

Resiliensi dipengaruhi oleh faktor individual maupun sosial atau lingkungan, yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk bangkit dari pengalaman negatif saat menghadapi sesuatu sulit yang menekan atau mengandung hambatan signifikan. Sedangkan Pargament dan Cummings berpendapat bahwa faktor signifikan resiliensi bagi banyak individu merupakan religiositas (Reich, 2010).

Kendler, dkk. (2003) telah mengukur religiositas secara luas, dengan mencoba mengembangkan teknik analisis keberagaman menjadi lebih mudah dengan menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.

Penelitian akan direncanakan oleh penulis menggunakan skala Likert dalam langkah pengumpulan data nya. Skala resiliensi dalam penelitian tersebut diukur menggunakan skala resiliensi yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berlandaskan pada aspek-aspek resiliensi (Reivich & Shatte, 2002).

Beberapa aspek tersebut yaitu; regulasi emosi, pengendalian impuls, berpikir optimis, analisis klausal, empati, efikasi diri dan reaching out. Sedangkan skala religiositas dalam rencana penelitian ini diukur menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berlandaskan pada dimensi-dimensi religiositas Kendler (2003). Dimensi-dimensi tersebut antara lain; general religiosity, social religiosity, involved god, forgivness, god as judge, uvengevulness, thankfulness.

Menurut penulis menyimpulkan dimensi yang positif signifikan dengan Resiliensi sebanyak tiga yaitu Thankfulness, Forgivness, God as Judge. Sebaliknya Dimensi General Religiosity, Social Religiosity, Involved God, Uvengevulness, adalah dimensi yang tidak memiliki hubungan positif dengan vaiabel terikat.

Saran dari penulis untuk penelitian antara lain subjek penelitian diharapkan banyak dan dari banyak SLB dengan harapan bisa menghasilkan penelitian yang tergeneralisisr. Selain itu untuk tenaga pendidik anak berkebutuhan khusus dapat lebih memperhatikan kemampuan resiliensinya, karena melihat notabenya sebagai guru anak berkebutuhan khusus mempunyai peran ganda yaitu mengajarkan materi juga mendidik agar anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan meminimalisisr bantuan orang lain.

Kemampuan resiliensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kebersyukran pada Tuhan atau thankfulness, pemaafan atau forgivness dan percaya adanya takdir Tuhan atau God as Judge. Sedangkan bagi instansi yang menaungi anak bekebutuhan Khusus sebaiknya tenaga pendidik anak berkebutuhan khusus lebih memperhatikan dimensi-dimensi religiositasnya agar dapat tetap mempertahankan resiliensi yang telah dimiliki. Selain itu dapat juga mengadakan pelatihan atau media dengan tujuan upaya tetap mempertahankan resiliensi dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah Luar Biasa dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Astika, N. F.L. & Saptoto, R. 2016. Peran Resiliensi  dan Iklim Organisasi terhadap Work Engagement. Gadjah Mada Journal Of Psychology. Vol. 2, No. 1. 38-47: 2407-7798

[2] Habibi, M, M. & Hidayati, F. (2017). Hubungan Antara Pemaafan Diri Sendiri, Pemaafan Orang Lain dan Pemaafan Situasi dengan Resiliensi pada Mahasiswa Baru (Studi Korelasi Pada Mahasiswa Baru Universitas Diponegoro Semarang). Jurnal Empati. Vol. 6. 2. 62-69.

[3] Kadir, A., Marnis & Machasin. (2014). Pengaruh Ability , Motivasi dan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan Redaksi PT Riau Pos Intermedia. Jurnal Ekonomi. Vol. 22, No. 2

[4] Kendler, K. S., dkk. (2003). Dimension Of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use Disorder. American Journal of Psychiatry. 160-503.

[5] Lucia, R., & Kurniawan, J., E., (2017). Hubungan antara Regiliusitas dan Resiliensi pada Karyawan. Psychopreneur Journal. 1(2): 126-136

[6] Liwarto, I. H., & Kurniawan, A. (2015). Hubungan psycap dengan kinerja  karyawan PT. X Bandung. Jurnal Manajemen, 14(2), 223-244.

[7] McEwen, K. (2011). Building Resilience at Work. Australia: Autralian Academic Press.

[8] Malik, A. (2013). Efficacy, Hope, Optimism and Resilience at Workplace Positive Organizational Behavior.  International Journal of Scientific and Research Publications. Vol. 3.

[9] Putri, A. S., & Uyun, Q,. (2017). Hubungan Tawakal dan Resiliensi Pada Santri Remaja Penghafal Al-Qur’an di Yogakarta. Jurnal Psikologi Islam. Vol. 3, No. 1.

[10] Rahmawati, Sri W. 2014. Role of Religiousness/Spirituality in Resilience of Fisheries College Cadets. Journal of Educational, Health and Community Psychology. Vol. 3, No. 1.

[11] Reich, J. W., Zautra, A. J., Hall. J. S. (2010). Handbook Of Adult Resilience. The Guildford Press: New York

[12] Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills For Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. Newyork: Broadway Book.

[13] Utami, N. M., dkk., (2018). Hubungan Rasa Syukur dengan Resiliensi Pengungsian Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, ejournal. Iikmpbali. Intittute Ilmu Kesehatan Medika Persada.

Kontributor : Halimatus Sakdiyah (Pengurus Bidang Dakwah PW Fatayat NU DIY)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here