Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Badriyah Fayumi mengatakan konferensi internasional KUPI menjadi ruang bersama untuk menyatukan komitmen dan membangun peradaban dunia yang berkeadilan.

“Kebersamaan ini tidak berarti selalu bersama-sama, tetapi bisa bergerak dengan tujuan yang sama, sehingga kerja-kerja para ulama di akar rumput dapat menjadi sangat tinggi nilainya dalam mewujudkan tujuan bersama mewujudkan peradaban yang berkeadilan,” ujarnya di UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Rabu.

Konferensi internasional KUPI yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, mempertemukan produk pemikiran lingkungan perguruan tinggi berbasis penelitian dan pesantren yang berbasis kitab kuning.

Badriyah menjelaskan bahwa konferensi dan kongres sengaja diselenggarakan di perguruan tinggi dan pesantren karena dua tempat itu menjadi wajah pertama dalam menciptakan kader ulama.

Menurutnya, kampus dan pesantren adalah ruang hikmah utama bagi para ulama perempuan dengan mengisi pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat.

Ketua Panitia KUPI Ruby Kholifah mengatakan sekitar 400 orang dari 31 negara hadir secara fisik pada acara konferensi internasional KUPI di Auditorium UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah.

Salah satu isu penting yang digarisbawahi dalam konferensi internasional tersebut adalah merumuskan tentang masa depan Islam.

“Kita akan merumuskan masa depan kita dengan mulai mengapresiasi setiap perkembangan positif dalam kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam komunitas Muslim,” kata Ruby.

Konferensi internasional tersebut terdiri atas dua sidang pleno dan enam sidang paralel yang membahas berbagai isu, seperti ekonomi hijau, perlindungan bagi perempuan pembela HAM, dan praktik baik pelibatan laki-laki dalam perlindungan perempuan.

Kemudian, konferensi dilanjutkan dengan pelaksanaan kongres yang akan berlangsung di pondok pesantren Hasyim Asy’ari, Jepara, Jawa Tengah, pada 24-26 November 2022.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan bahwa semangat keislaman, nasionalisme, kemanusiaan, dan integritas ulama perempuan terdahulu perlu dikobarkan seiring dengan semakin beratnya tantangan masa depan bangsa.

Ia menuturkan terlebih pada kehidupan modern seperti sekarang di mana peranan perempuan semakin penting dalam menopang keluarga, masyarakat, dan bangsa karena jumlah perempuan dan laki-laki di Indonesia seimbang dan sama-sama didominasi usia produktif.

“Dalam Islam, perempuan adalah tiang negara. Kita bersyukur hal ini bukan sekadar teori, namun benar-benar kita perjuangkan agar terealisasi oleh tugas-tugas mulia yang dijalankan perempuan di keluarga maupun dengan mengisi ruang publik, baik di bidang dakwah, pendidikan, bisnis, politik, hingga pemerintahan,” kata Ma’ruf.

Sumber: antaranews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here