Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama’ meresmikan dan meluncurkan wadah baru bernama Garda Fatayat di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019. Peresmian langsung dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang didampingi Sekretaris Jenderal PBNU A. Helmy Faishal Zaini.
Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini menegaskan, Garda Fatayat sudah muncul dan dibahas saat Rapat Kerja Nasional (rakernas) pada tahun 2017 di Palangkaraya, Kalimantan Barat.
“Kita sudah membicarakan ini (Garfa, red). Selama ini, di lapangan ada Fatser (Fatayat Serbaguna) dan Denwatser (Detasemen Wanita Banser), tetapi tidak ada hubungannya dengan Fatayat karena di AD/ART dan PDPRT tidak ada istilah itu,” ungkap Anggi selepas peluncuran.
“Karena dari daerah-daerah Fatayat NU muncul keinginan untuk memfasilitasi kader yang tertarik pada wadah seperti Banser, maka dibentuklah Garfa,” lanjutnya.
Anggia juga menegaskan bahwa Garfa ini lahir dari PW Fatayat NU DIY.
“Garfa ini awalnya diinisiasi oleh PW Fatayat NU DIY. Kemudian, PP Fatayat NU mengadopsi Garfa menjadi struktur kelembagaan atau wadah organisasi yang sifatnya nasional. Hari ini dilaunching langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj. Setelah ini akan dilakukan pelatihan secara nasional untuk merekrut kader-kader yang sesuai dengan Garfa. Semoga ikhtiyar ini menjadi lebih baiklagi dan manfaatnya lebih luas lagi,” tegas Anggia.
Anggia juga menjelaskan bahwa banyak yang bertanya kenapa wadah baru tersebut tidak menggunakan Fatser, karena pada pertemuan dengan pimpinan wilayah, mereka mengingikan nama baru. Alasannya sederhana, karena anggota Garfa nantinya bukan serbaguna.
“Begitu sederhananya, alasannya sederhana sekali,” ungkap Anggi. Meski demikan, anggota Garfa nantinya akan memiliki bertugas yang agak-agak mirip dengan Banser yaitu untuk kesiapsiagaan, protokoler organisasi, bahkan untuk merespons isu terorisme dan radikalisme yang saat ini sering menggaet ibu-ibu muda.
Pada Konferensi Besar Fatayat NU tahun 2018, bersama pimpinan wilayah membuat petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknisnya (juknis).
“Mudah-mudahan kita membentuk Garda Fatayat menjadikan benteng Ahlussunah wal Jamaah di kalangan ibu-ibu,” harapnya.
Di akhir masa kepemimpinannya, Anggi menargetkan diadakannya pelatihan untuk Garfa di tingkat nasional mulai dari tingkat dasar, menengah hingga lanjutan. Setelah itu, akan bergerak ke tingkat wilayah atau ke provinsi-provinsi hingga cabang-cabang.
“Mudah-mudahan dalam waktu setahun, Garfa sudah terbentuk di 50 persen provinsi atau wilayah,” tegas Anggia.
Selain jajaran pengurus PP Fatayat NU, hadir juga Ketua PW Fatayat NU DIY Khotimatul Husna dan Kasatkorwil Garfa DIY Fetra Nur Hikmah.
“Ini hari bersejarah. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Adagium ini sangatlah tepat untuk menggambarkan moment launching Garda Fatayat NU (Garfa), Jumat, 25 Oktober 2019, pkl 16.00.wib, di Kantor PBNU. PW Fatayat NU DIY sebagai inisiator Garfa dan penyelenggara DTD Garfa pertama kali sontak mengharu biru,” tegas Khotim.
Khotim menjelaskan bahwa Garfa lahir pada 3 Februari 2019 di Sompok, Imogiri, Bantul. Garfa adalah buah kerja keras seluruh sahabat Fatayat NU DIY.
“Ini adalah jariyah untuk organisasi yang kita perjuangkan bersama di atas tantangan dan tentangan yang tidak kecil. Terima kasih kepada PP Fatayat NU yang sudah mengapresiasi dan melaunching Garfa. Semoga berkah dan manfaat untuk semua,” pungkas Khotim.
(bangkitmedia.com)
Mantap mbak Muyas, Pimpro web fatayat.