Perempuan merupakan pembentuk peradaban umat. Mendidik perempuan sama dengan kita mendidik peradaban manusia.
Stigma negatif seperti “mengapa sekolah tingi-tinggi kalau nantinya hanya berakhir di dapur?” kencang berdengung di tengah-tengah masyarakat bahkan setelah banyak muncul pemikiran emansipasi wanita Indonesia yang dirintis sejak masa R.A Kartini. R.A Kartini aktif menyuarakan gerakan feminis dengan sangat baik. Gerakan feminis di dunia sendiri dimulai sejak akhir abad ke-18: tulisan Mary Wollstonecraft tentang kritik terhadap revolusi Perancis yang hanya berlaku untuk laki laki namun tidak untuk perempuan. Satu abad setelah itu, RA Kartini kemudian ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan mengecap Pendidikan yang tidak setara dengan laki laki.
Peran perempuan saat ini dalam berbagai aspek kehidupan tidak diragukan lagi. Perempuan menemukan bahwa kesetaraan itu mulai dimiliknya. Faktanya, perempuan pun bisa juga menjadi ilmuan, akademisi, atlet, diploma, bahkan CEO. Kebangkitan perempuan tersebut didasarkan pada sikap sadar terhadap sebuah pendidikan.
Perempuan merupakan pembentuk peradaban umat. Mendidik perempuan sama dengan kita mendidik peradaban manusia. Menghardiknya membuat ia tak terdidik, merusak akhlaknya sama dengan merusak akhlak seluruh peradaban manusia. Dengan demikian, pendidikan merupakan hal penting yang harus didapatkan oleh perempuan karena pada dasarnya perempuan merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya yang mengharuskan ia memiliki wawasan dan pemikiran yang dapat mengantarkannya menuju masa depan yang lebih baik. dalam hal ini, peran perempuan sangatlah besar karena ia menjadi tiang dan pondasi sebuah keluarga. Jika pendidikan seorang perempuan berkualitas, maka akan lahir peradaban manusia yang berkualitas.
Sebagai penjaga peradaban, maka sangat penting untuk mengkampanyekan gerakan pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan bertujuan untuk memastikan pencapaian kesejahteraan perempuan, yaitu perempuan yang mampu mendayagunakan semua potensi yang dimilikinya. Memahami cara memelihara habitat sosial, budaya dan lingkunga, serta memahami dan membela hak hak asasinya sebagai manusiamerdeka yang memiliki martabat dan harga diri.
Memberdayakan perempuan juga sejalan maknanya dengan memberikan kesempatan Pendidikan yang seluas-luasnya. Perempuan diajarkan untuk menghargai tubuhnya, mengembangkan intelektualitasnya, meluaskan wawasan serta membangun kepedulian dan empatinya untuk menegakkan keadilan membantu sesama demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera. (Neili Badiatul Khusna/NF)