Doc. Bidang Media

PW Fatayat NU D.I Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia mengadakan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Perempuan Penggerak Masyarakat yang berlangsung 10-11 September 2022. Bertempat di Aula Parangkusumo, Ros In Hotel Yogyakarta acara kali ini mengangkat tema “Memperkuat Khidmah dan Sinergi Akar Rumput”. Acara ini diikuti oleh kurang lebih 120-an dari pengurus dan seluruh tamu undangan.
Ada 3 sesi diskusi pada kesempatan kali ini, dengan masing-masing sesi memiliki tema besar. Tema diskusi yang pertama ialah Peran Perempuan dalam Pembangunan Ideologi Pancasila dan Ketahanan Bangsa. Dipandu oleh Rika Iftati Farikha M.A. diskusi kali ini diisi oleh tiga narasumber yakni Dr. H. Hilmy Muhammad selaku Dewan Perwakilan Daerah RI Provinsi DIY, Dr. H. Ahmad Zuhdi Muhdlor selaku Ketua PWNU DIY, dan Dr. Mahnan Marbawi, M.A. selaku Plt Direktur Pelaksanaan Diklat BPIP RI.

Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dalam sejarahnya, perempuan memiliki peran penting. Yogyakarta memiliki sejarah panjang sebagai kota pergerakan. Di antara peristiwa yang menandainya adalah Kongres Boedi Oetomo dan Kongres Perempuan. Keduanya menyelenggarakan kongres pertamanya di Yogyakarta. Kongres Perempuan pertama diselenggarakan dua bulan setelah sumpah pemuda. Sebab dua perisitiwa ini, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pergerakan yang melahirkan tonggak kebangkitan bangsa.

“Umumnya, gerakan perempuan bertujuan untuk memperbaiki kedudukan sosial dan rumah tangga. Namun dalam perkembangannya, perjuangan politik makin meningkat dan menumbuhkan kesadaran nasionalisme kaum perempuan. Manifestasi kesadaran ini tercermin dalam Kongres Perempuan Indonesia yang diadakan di Gedung Joyodipuran Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. Peristiwa bersejarah ini, setelah Indonesia merdeka, diperingati sebagai Hari Ibu, yaitu setiap tanggal 22 Desember,” jelasnya.

Beliau menjelaskan ada beberapa contoh peran perempuan pada zaman dahulu dalam BPUPKI. Hal ini menujukkan bahwa perempuan sudah turut serta berperan dalam pelaksanaan kehidupan bernegara. Termasuk pada implementasi Pancasila, hingga hari ini, perempuan memiliki peran penting dalam mewujudkan Pancasila sebagai nilai-nilai luhur generasi penerus bangsa.

“Undang-undang RI yang disusun juga mendukung perempuan, diantaranya tentang UU HAM, UU penghapusan kekerasan seksual dan yang lain sebagainya yang intinya mendukung hak hak perempuan oleh negara. Bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Maka tak lepas sebagai ibu dan calon ibu, perempuan menjadi agen terdepan dalam menanamkan Ideologi Pancasila kepada anak-anak,” imbuhnya.

Menambahkan hal ini, Dr. H. Ahmad Zuhdi Muhdlor selaku Ketua PWNU DIY, menceritakan peristiwa Munas Alim Ulama di Situbondo terkait pergerakan perempuan. “Pernah ada bahasan sengit terkait Islam yang datang lebih dulu dibanding Pancasila, maka harusnya Islam sebgai tuan rumah dan Pancasila sebagai tamu sehingga pada intinya Islam-lah yang harusnya dimenangkan. Kemudian ada salah sau Mbah Yai pendahulu kita yang menjadi penengah yang memberikan pencerahan bahwa setiap butir Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan landasan Islam. Sehingga pada akhirnya NU menerima dengan penuh asas tunggal Pancasila, dan menjadi salah satu pelopor pendukung asas tunggal Pancasila secara bulat,” jelasnya.

Dari sejarah ini, Fatayat NU sebagai organisasi penggerak perempuan Nahdlatul Ulama berperan menjaga nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi bangsa. “Perempuan sebagai guru pertama bagi anak-anaknya, karenanya yang memiliki peran utama dan kesempatan paling banyak untuk menanamkan karakter baik terutama terkait nilai-nilai pancasila kepada anak adalah seorang ibu. Ibu harus meyakinkan putra-putrinya bahwa melaksanakan Pancasila signifikan dengan pelaksaan ajaran agama, Islam ala NU,” imbuhnya. Beliau menambahkan bahwa penanaman nilai agama terutama kepada anak haruslah sistematis, meniru cara-cara para kyai NU.

Lalu Bagaimana peran Fatayat dalam Pembinaan Ideologi Pancasila? Dr. Mahnan Marbawi, M.A. selaku Plt Direktur Pelaksanaan Diklat BPIP RI menjelaskan bahwa
problem kita saat ini adalah gadget termasuk kita sebagai orang tua. “Yang perlu disadari adalah kekuatan besar seorang perempuan, utamanya sebagai ibu sampai ada ungkapan the power of emak-emak. Ada banyak keterlibatan perempuan dalam berbagai ruang publik,” imbuhnya. (Media Fatayat NU DIY)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here