Catatan dari Khotimatul Husna (Ketua PW Fatayat NU DIY)

Dengan diantar orang tua masing-masing, anak-anak usia SD bersemangat untuk mengikuti kegiatan kemah ini. Mereka tahu bahwa dua hari ini akan berteman, bermain, dan bergembira bersama saudara-saudaranya dengan latar belakang agama berbeda.

Anak-anak dikenalkan dan diajak secara dekat melihat langsung bagaimana tempat ibadah agama-agama di Indonesia yang harus dijaga bersama. Anak-anak jg didampingi untuk memahami bahwa agama itu mengajarkan kebaikan, bukan sebaliknya menyerukan kebencian dan kerusakan. Di kemah ini, membuka penghalang atau sekat antara anak yg berbeda agama. Yang terkadang penghalang ini justru diciptakan oleh orang dewasa yg penuh prasangka terhadap “yang lain”. Faktanya, kalau sekat itu dihilangkan mereka bisa bercanda dengan leluasa dan berinteraksi dg natural tidak dibuat-buat.

Anak-anak jg tetap beribadah sesuai agamanya masing-masing. Yang muslim tetap sholat lima waktu berjamaah dan diajarkan penguatan aqidah dg kajian kitab aqidatul awwam. Yang kristen dan katolik mengikuti misa pagi dan sore, jg tetap beribadah Minggu d gereja. Juga pengenalan agama lainnya.

Fakta yang menggembirakan anak-anak bisa bercengkerama dalam ruang bersama dan tidur pulas di gelaran tikar yang sama. Makan dengan menu yang sama dan tetap bergembira menunggu antrean mandi dan bergiliran dalam kegiatan lainnya.

Anak-anak berlarian dengan riang gembira bermain dalam kelompok outbond yang berbeda. Anak-anak bergandengan tangan, bertepuk tangan, bernyanyi, bekerjasama untuk menguji kekompakan dan persaudaraan. Semua bisa dilakukan jika tidak ada prasangka dan hanya nilai damai yang diajarkan kepada anak-anak.

Kegiatan ini mengenalkan kepada anak keberagaman sejak dini dan bagaimana hidup berdampingan dengan yg berbeda secara damai. Inilah miniatur kehidupan Indonesia yang sesungguhnya kita idamkan bersama.

Kegiatan mengasyikkan dan keseruannya ini akan direkam dalam bentuk buku yang isinya berupa kesan dan pengalaman yg ditulis oleh peserta kemah sendiri. Anak-anak menulis dengan cepat difasilitasi oleh ahli psycho writing, Dr. Muhsin Kalida.

Sebagai akhir, tulisan ini sekaligus menjawab banyaknya kritik dan koreksi yg ditujukan kepada Fatayat NU Diy bersama Garfa Diy dan Srili krn menyelenggarakan kegiatan ini. Tidak menyangka, banyak jg yg merasa terganggu dengan kegiatan ini. Prinsipnya, setiap masukan akan menjadi bahan perbaikan penyelenggaraan kegiatan serupa di waktu yg akan datang.

Terimakasih kepada bid Sosbud dg Korbid mbk Yoes Masfiyah, mbk Fetra El-Choiri kasatkorwil Garfa Garda Fatayat NU Diy, Srikandi Lintas Iman, Teteh Wiwin Siti Aminah Rohmawati, ketua panitia Nduk Nur Maulida dan seluruh panitia yang telah bekerja keras. Sinergi Garfa dan Banser yang luar biasa utk menjadi LO anak-anak, pengamanan, dan teknis pemasangan dan bongkar tenda yg kami tidak bisa…hehe. Yayasan Karina Kas dengan seluruh pengurusnya. Seluruh narasumber, Pak Muhsin Kalida, Ustadz Puput Kurniawan, Pak Asep (pendongeng), para Romo, Suster, Pendeta yang tidak bisa kami sebut satu persatu.

#PWFatayatNUDIY
Karina Kas Yogya, 11-12 Januari 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here