Catatan Sie. Acara
“Jadilah Inisiator”
Beberapa tahun ini NU selalu mendapatkan tekanan & serangan luar biasa, bahkan fitnah & hoax-pun sudah biasa. Tujuannya tak lain ingin mengoyak pertahanan para penjaga NKRI, dimana NU menjadi salah satu penopangnya. Semakin dihujat, NU semakin kuat.
Selama ini kami sebagai banom kaum muda saling berbagi peran. Ansor & Banser yang dicitrakan sebagai garda pertahanan adalah pionir yang bergerak di lapangan, sedangkan Fatayat yang dicitrakan sebagai perempuan muda cerdas, kritis, humanis, & inklusif bertugas melakukan counter isu-isu & pemahaman keliru melalui narasi yang dibangun di media sosial.
Namun ternyata, banyak perempuan muda yang menjadi geregetan atas tindakan-tindakan penyerangan terhadap saudara kami di Ansor & Banser. Adanya ghiroh untuk ikut terjun di lapangan sudah tidak terbendungkan. Anggota-anggota Fatayat menginginkan adanya lembaga resmi di bawah komando Fatayat yang memiliki fungsi ketugasan kemanusiaan. Akhirnya, PW Fatayat NU Diy memulai ikhtiar baik ini dengan sowan kepada PWNU DIY terlebih dahulu. Setelah mendapat ijin & restu, Fatayat berkoordinasi dengan PW Ansor DIY & Kasatkorwil Banser DIY untuk mewujudkan niat mulia tersebut. Alhamdulillah, saudara kami sangat menyambut baik & akan membantu apapun demi kelancaran Diklat Terpadu Dasar Garda Fatayat (Garfa). Kami juga sudah memberitahukannya kepada Ketua PP Fatayat NU, atas pelaksanaan acara ini. Namun sayang, beliau berhalangan hadir karena sudah menjadwalkan akan hadir di acara PW Fatayat NU Jawa Timur.
Pembekalan utama yang kami berikan selain materi wajib Aswaja & Ke-NU-an, juga materi-materi pengkaderan Fatayat lainnya, kami memberikan bekal dasar tentang:
=> Pertahanan diri melalui pencak silat yang sedianya akan dilatih oleh Pagar Nusa
=> Lalu Lintas & Baris Berbaris yang langsung dikomandoi oleh tim dari Kepolisian
=> Rescue (Penanganan Korban Bencana) yang langsung dipegang oleh tim dari Palang Merah Indonesia
=> Penanggulangan Bencana yang ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Dengan persiapan yang tidak lebih dari sebulan, kegiatan terlaksana lancar dengan penuh hikmat & keharuan. Peserta yang hanya dibatasi 100 orang dari seluruh DIY sampai menolak pendaftaran. Garfa ini tidak hanya diikuti oleh para anggota saja, namun ketua-ketua cabang Fatayat se-DIY juga terdaftar di dalamnya.
Banyak cerita-cerita mengharukan yang mewarnai pelatihan. Ada salah satu peserta yang masih menjalankan fungsi reproduksi untuk menyusui sampai disusulkan bayinya di sela-sela jam istirahat. Padahal asal peserta dari Kabupaten Gunung Kidul jauh, & kami mengadakan acara ini di Kabupaten Bantul ujung kidul. Ini dilakukan 2x, saat malam & pagi hari. Sewaktu perjalanan ke tempat ini, saya juga ditelpn oleh suami salah satu calon peserta yang mengajukan ijin untuk istrinya karena sakit parah yang tidak memungkinkan ikut kegiatan (hatiku langsung meleleh seketika). Lain lagi ada peserta yang pamit tidak bisa mengikuti pembaiatan karena lamaran. Saya sendiri sampai terbengong-bengong mendapat kabar itu.
Tak kalah mengharukannya, para panitia & narasumber yang rata-rata usia produktif membawa serta anak & balitanya berkegiatan selama beberapa hari tanpa adanya akses sinyal & wifi di lokasi. Ruang sekretariatpun penuh dengan balita & anak-anak. Kami saling bergantian menjaga & momong mereka ketika ibunya sedang bertugas, ataupun sekedar sholat, makan & mandi. Tidak ada satupun panitia yang malas-malasan, semuanya sigap & cepat tanggap, mengerti apa yang harus dilakukan tanpa dimintai bantuan. Mungkin karena insting terbiasa menjadi santri yang harus selalu siap mengabdi.
Fatayat tidak sendiri, dalam pelaksanaanya Ansor-Banser, IPNU-IPPNU, CBP-KKP, semua diterjunkan untuk kesuksesan acara ini. Begitupun warga, bahkan Kepala Desanya sangat mengapresiasi & turut hadir menyemarakkan situasi. Tidak ketinggalan, salah satu stasiun TV nasional pun melakukan peliputan acara ini di lokasi atas inisiatif sendiri tanpa kami mintai. Juga ada peneliti dari luar negeri yang menjadi observer pada acara ini dengan suka hati.
Mengingat seminggu yang lalu, tiap malam harus nglembur sampai pagi untuk mengkonsep acara & berdiskusi dengan para narasumber karena tanggungjawab sebagai Sie. Acara yang juga harus bisa sulapan menyusun buku saku sebagai panduan peserta, saya sampai terharu meneteskan air mata. Di pertengahan malam saat di lapangan, tangisku tumpah ketika melafalkan sholawat asyghil (sholawat untuk memerangi kebathilan) karena melihat antusiasme peserta yang luar biasa & dukungan dari berbagai pihak untuk kesuksesan acara. Saya sampai merinding & membayangkan kehadiran Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari & KH. A. Wahab Chasbullah, Lahul Fatihah 😥
Bangga menjadi bagian dari Fatayat NU DIY.
Pring reketek gunung gamping ambrol
Fatayate mantep, Garfa-ne Jempol
Garfa berdiri pada Ahad, 27 Jumadil Ula 1440 H, yang bertepatan dengan tanggal 3 Februari 2019 M di Desa Sompok Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
*Siti Munawaroh (Koordinator Bidang Pengembangan Organisasi, Pendidikan dan Pengkaderan PW Fatayat NU DIY)