Catatan Hari Ibu

Oleh: Maria Fauzi*

Sebagai seorang ibu terkadang saya juga ingin bermanja-manjaan dengan Ibu. Yah, selain sekedar ingin mengenang memori waktu kecil, rasanya saya juga rindu dengan hal-hal sederhana yang mendekatkan hubungan kami.
.
Menjadi ibu dituntut untuk kuat. Harus bisa menjadi apa saja. Menjadi pendidik, pekerja, tukang masak, beres-beres rumah, tukang laundry dll. Aktivitas yang melelahkan setiap hari seakan tanpa jeda. Ada waktunya, disaat-saat seperti itu, saya butuh seseorang untuk bersandar selain tentu saja suami. Karena ada bahasa-bahasa perempuan yang kerapkali tak bisa dimengerti lelaki. Disaat itulah, Ibu menjadi sumber kekuatan baru saya.
.
Seperti kali ini. Ketika liburan anak-anak, waktunya kami untuk mengunjungi Ibu. Sampai rumah, ibu seakan tau, anak perempuannya hanya ingin sejenak merehatkan badan, bersantai dari pekerjaan rumah dan aktifitas padat lainnya. Anak perempuannya tetaplah seperti dulu, yang selalu bertanya ibu masak apa ketika pulang sekolah. Menjahitkan baju robek, menyiapkan sarapan pagi, memanggil tukang pijat, bercerita tentang berbagai hal, dan yang paling penting adalah meminta restu, doa dan hal hal baik lainnya untuk selalu beliau panjatkan.
.
Ibu, sungguhlah tangguh. Beliau ditinggal almarhum bapak dengan lima orang anak, dan yang paling kecil saat itu masih SD kelas empat. Meskipun terkadang rapuh, tetaplah beliau mampu berdiri tegak dan mandiri, demi untuk menghidupi kelima putra putrinya. Saya banyak belajar dari pengalaman, kisah dan kerja keras Ibu untuk menjadi ibu yg baik bagi dirinya sendiri dan juga untuk anak-anaknya.
.
Karena anak, mau setua apapun tetaplah anak ibunya. Begitu juga dari sudut pandang anak, mau setua apapun, perasaan ingin bermanja dan berkisah dengan Ibu tak bisa bersekat. Kenyatannya, bahwa orang tua kitalah yang selalu ada dalam memori perjalanan kehidupan dari mulai kita dilahirkan.
.
Bercerita tentang anak, cucu dan bagaimana dulu Ibu membesarkan kami menjadi bagian yang melulu saya rindukan. Saling curhat bagaimana menjadi ibu, dengan segala lika likunya. Meskipun tantangan zaman, waktu dan kondisi berbeda, tetaplah bahasa perempuan atau bahasa sesama ibu bisa mendamaikan dan mampu memberikan kekuatan baru untuk kembali bangkit dari kejenuhan, penat, dan faktor lainnya dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari.
.
Begitulah Ibu selalu berusaha hadir untuk anak-anaknya dalam kondisi apapun, tak peduli apakah anaknya masih TK, kuliah, bahkan sudah berumah tangga sekalipun. Hari ini, ibu memasak makanan kesukaan kami, mangut pedas. Masakan khas pantura, yang sudah sangat akrab dengan lidah kami sejak dulu.
.
❤❤

#ceritabaik #SemuaIbuKeren

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here