DARWISY
Oleh: KH. Husein Muhammad
Ini ada cerita menarik. Seorang Darwisy tiba di suatu kota. Ia telah berjalan berhari-hari dari tempat yang jauh. Di kota itu disambut penduduknya dengan muka tak suka. Mereka kemudian mengusirnya dengan suara keras : “Kamu keluar !, di sini tak ada orang yang mengenalmu”.
Si Darwisy dengan tenang menjawab : “Tapi aku mengenal diriku, percayalah. Jika tidak demikian, dunia akan ditimpa kekacauan”. Orang-orang itu tertegun, bengong, tak paham. Darwisy melanjutkan : “Bila aku mengenal diriku, maka segalanya akan berlangsung baik”. Orang-orang itu tambah bingung. Darwisy memungkasi :
من يعرف نفسه يعرف الواحد الاحد
“Man Ya’rif Nafsah, Ya’rif al-Wahid al-Ahad” (Siapa yang mengenal dirinya, dia akan mengenal Tuhan Yang Maha Esa).
Seorang teman bertanya mengapa tidak dikatakan : “siapa yang mengenal Tuhannya, dia mengenal dirinya”?.
Aku menjawab spontan dan sekenanya saja: bagaimana bisa, dia mengenal Tuhan, sementara dia tak mengenal dirinya sendiri?.
Ya, orang yang mengetahui, mengenal dan merasa dirinya lemah, tak berdaya, miskin, diciptakan, dan lain-lain, maka dia akan mengenal Tuhan. Wujud Yang Maha dalam segala.
Maka orang yang mengenal Tuhan, dia akan rendah hati, bersahaja dan penuh kasih kepada ciptaan-Nya.
Dia mengangguk-angguk.
Darwisy biasanya dimaknai sebagai seorang zahid, ugahari, sufi, bersahaja.
Guru maulana Jalaluddin Rumi, Syeikh Syams-i Tabrizi, dikenal sebagai Darwisy pengelana. Darwisy Jawwal.
Cirebon, 23-03-14
HM