Santri Berperan Penting dalam Menjaga Bumi
Oleh: Indun Azizah Humaeroh
Bumi merupakan hamparan luas yang terdiri dari daratan dan perairan, yang menjadi tempat umat manusia tinggal. Di dalamnya, manusia melakukan berbagai aktivitas kehidupan dari matahari terbit hingga tenggelamnya. Semua berputar dan berjalan seiring waktu dan perubahan zaman. Semua yang umat manusia butuhkan, telah Allah anugerahkan dalam makhluk Allah yang bernama bumi ini. Fasilitas-fasilitas yang Allah berikan tersebut, hendaknya dapat menjadi perhatian dan mendapatkan penjagaan dari yang diberikan fasilitas tersebut. Ya, siapa lagi kalau bukan umat manusia. Yang mana Allah SWT telah memberi mandat kepada Nabi Adam AS beserta keturunannya nanti, untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi. Melalui para umat manusia inilah, Allah memasrahkan pengelolaan bumi ini untuk dapat dimanfaatkan dan didaya gunakan dengan baik, dengan tanpa landasan serakah dan kesewenangan.
Allah SWT telah memerintahkan bahwa umat manusia baik laki-laki maupun perempuan telah diciptakan dari berbagai bangsa dan suku, supaya saling mengenal. Dan sejatinya, semua manusia adalah saudara, dari persamaan daerah, bangsa, dan yang pasti sama-sama manusia yang diciptakan Allah SWT.. Selaras dengan perintah tersebut, Allah SWT juga memerintahkan umat manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan. Di mana umat manusia ini, melalui perbedaan-perbedaan yang ada di muka bumi ini, benar-benar dapat menjadi khalifah, pembawa perkembangan dan perubahan dalam kehidupan ini kepada arah yang lebih baik lagi.
Sebagai santri, yang semakin hari semakin menunjukan eksistensi sebagai bagian yang berperan penting bagi kemajuan bangsa dan negeri ini. Dalam kiprahnya, para santri juga memahami, bagaimana kondisi alam saat ini terutama di Indonesia. Para santri juga memahami bahwa menjaga bumi berarti dapat melakukan pemanfaatan, karena melalui bumi umat manusia memperoleh fasilitas bagi kehidupan manusia. Tetapi, para santri juga paham betul bahwa dalam pemanfaatannya tidak boleh dilakukan dengan landasan jahat, seperti mengeksploitasi alam dengan sewenag-weanang. Santri inilah yang akan menjadi pioneer dalam proses pemanfaatan dan penjagaan bumi. Terperliharanya dan lestarinya alam, akan menjadi invetasi besar bagi generasi-generasi penerus. Jadi, tidak hanya asal ambil manfaat saja, tetapi tetap bersama-sama untuk memperhatikan keberadannya dengan merawat dan memelihara. Dengan kondisi alam yang baik, kebermanfaatan yang dirasakan umat manusia akan ada dalam jangka waktu yang panjang. Generasi selanjutnya juga bisa merasakan keindahan dan kekayaan alam tersebut bahkan diharapkan sampai pada generasi-generasi berikutnya. Di sinilah tugas para santri, yang diharapkan lebih memahami hakikat kekhalifahan manusia di bumi ini yaitu untuk melindungi bumi dari tangan-tangan serakah yang ingin berbuat kerusakan. Karena menjaga bumi dengan iman akan tercipta keseimbangan eksosistem dalam kehidupan.
Sedangkan terkait menebarkan rahmat bagi semesta, para santri telah memahami melalui keteladanan Rasulullah SAW melalui praktek hidupnya. Bahwa Rasulullah SAW tidak pernah membedakan antara muslim dengan nonmuslim. Rasulullah memiliki konsep bahwa kemanusiaan adalah utama yang artinya, kehidupan dibangun dengan beradab tanpa membedakan suku, agama, ras, dan budaya. Hal tersebut selaras dengan dengan tujuan diutusnya Rasulullah SAW yang diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Inilah yang menjadi pegangan para santri dalam mewarnai kehidupan di bumi. Dengan menanamkan akhlaqul karimah pada diri sendiri, kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebar sekaligus mengajak yang lain untuk bersama-sama menghiasi diri dengan meniru akhlaq-akhlaq Rasulullah.
Setiap muslim selayaknya dapat menjadi juru damai dan tidak menciderai atau menghujat sesama. Tersebarnya rahmat bagi sesama, menjadikan kehidupan mempunyai nilai, di mana kehidupan akan lebih jauh dari perpecahan. Bukankah perbedaan adalah sunnatullah ? Perbedaan bukanlah halangan bagi umat manusia untuk saling mengenal dan saling bekerja sama. Bahkan dengan perbedaan, manusia dapat saling menguatkan dan membangun kehidupan yang sinergis lagi harmonis (unity in diversity). Meneladani kehidupan Rasulullah selayaknya dijadikan kiblat dalam mengajarkan dan mempraktikkan kehidupan harmonis tanpa sekat suku, agama. ras, dan budaya. Sudah selayaknya sebagai umat Nabi Muhammad SAW, utamanya juga para santri untuk menjadikan kehidupan berwarna dengan saling berkontribusi dan berkolaborasi, mewujudkan tatanan kehidupan yang penuh makna, serta menjadikan bumi yang kita tempati menjadi daerah yang “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur”.
- Indun Azizah Humaeroh, Finalis Duta santri Nasional, Mahasiswi IAIN Salatiga dengan mengambil program studi Psikologi Islam, sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Madani