Oleh: KH. Husein Muhammad

Abu al-Atahiyah, zahid penyair terkenal (w.828 M) dalam puisinya mengatakan :

وما الدنيا وان كثرت وطابت   بها اللذات إلا كسراب

يمر نعيمها بعد التذاذ    ويمضى ذاهبا مر السحاب

“Segala yang dikejar manusia di dunia ini, meski begitu banyak dan enak,

adalah bagai fatamorgana.

Kenikmatan yang dirasakan itu akan lewat dan pergi bagai awan yang merangkak”.

Al-Imam mengatakan :

واعلم أيها الناس أن راحة الدنيا أيام قلائل وأكثرها منغص بالتعب، مشوب بالنصب، وبسببها تفوت راحة الآخرة التي هي الدائمة الباقية والملك الذي لا نهاية له ولا فناء، فيسهل على العاقل أن يصبر في هذه الأيام القلائل لينال راحة دائمة بلا انقضاء.

“Ketahuilah,  wahai manusia, bahwa kenyamanan/kenikmatan di dunia hanyalah beberapa hari saja. Lebih sering lelah, dan oleh karena itu sering kehilangan kesempatan untuk memeroleh kenyamanan kelak di akhirat yang adalah kehidupan abadi dan singgasana yang tiada akhir dan tak sirna. Maka seorang yang berakal akan bersabar menjalani hidup yang beberapa hari ini untuk meraih kenikmatan abadi”.

Adalah sangat menarik apa yang dilakukan oleh Nabi :

وعن عبدِاللَّه بنِ مَسْعُودٍ  قَالَ: نَامَ رسولُ اللَّه ﷺ عَلَى حَصيرٍ، فَقَامَ وَقَدْ أَثَّرَ في جَنْبِهِ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ الله، لوِ اتَّخَذْنَا لكَ وِطَاءً، فقال: مَا لي وَللدُّنْيَا؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا رواه الترمذي وَقالَ: حديثٌ حسنٌ صحيحٌ.

Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah tidur di atas tikar kasar. Saat bangun tampak di punggungnya bekas cetakan tikar itu. Aku menawarkan kepada beliau,  alas kasur yang lembut. Tetapi beliau menolak sambil mengatakan , apalah arti dunia ini. Aku (kita) di sini bagaikan pejalan, yang berteduh sesaat di bawah pohon, istirahat sebentar lalu meninggalkannya”.

ابو العتاهية :

اذا المرءُ لم يُعْتِق من المال نَفْسَهُ

تملّكه المالُ الذي هو مالِكُهْ

ألا انما مالي الذي أنا مُنِفقٌ

وليس لي المالُ الذي أنا تارِكُهْ

اذا كنتَ ذا مالٍ فبادِرْ به الذي

يحقّ والاّ استَهلكَتْهُ مهالِكُهْ

Abul Atahiyah:

Bila seseorang tidak bisa membebaskan dirinya dari ketergantungan kepada harta.

Maka harta itu akan menguasinya.

Hartaku adalah apa yang sudah aku gunakan

Harta yang ditinggalkan bukanlah milikku.

Jika kau punya harta, segeralah bagikan kepada yang berhak

Jika tidak, harta itu akan mencelakanmu

Bersambung

11.09.2020

HM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here