Hadis 1 (satu)

Oleh: Khotimatul Husna*

Islam adalah esensi sekaligus nama : esensinya merupakan kepasrahan kepada Tuhan, dan nama Islam sebagaimana yang dimengerti oleh umat Islam dan masyarakat secara umum, untuk membedakan namanya dengan agama lain. Islam memuat ajaran-ajaran yang hakikatnya sama dengan agama-agama lain. Salah satu ajaran yang terpenting ialah keharusan menjadi penganut yang toleran.

Hadits-hadits yang hendak kami paparkan di bawah ini memuat tentang toleransi yang diajarkan nabi kepada kita semua. Dengan penghayatan mendalam, diharapkan umat Islam bisa lebih menjadi umat toleran di masa kini dan mendatang.

 

  1. Hadits 1 Agama itu Jalan Petunjuk

 

حَدَّثَنَا يَحْيَ بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْد وَابْنُ حُجْرِ قَالُواحَدَّثَنَا إِسْمَعِيْلُ يَعْنُونَابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيه عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنْ رَسُولَ الله صَلَّ اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمّ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِ هِمْ شَيْئَا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَلَة كَان عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهْمْ شَيْئًا

 

Nabi Muhammad bersabda : “Siapa mengajak ke jalan petunjuk baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya; siapa mengjak kesesatan, ia akan memperoleh dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)

 

Firman Allah dalam Al-Baqarah :62

Orang-orang mukmin, yahudi, Nasrani dan Shabi’in : siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan, Taka da kekhawatiran pada diri mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

 

Pada dasarnya, semua agama adalah petunjuk yang mengajak manusia pada kebaikan. Tidak satu pun agama mengajak pada kesesatan, kejahatan dan kerusakan. Semua kebaikan agama bertujuan untuk mencapai keridhaan Tuhan, tanpa terkecuali. Setiap penganut agama meyakini akan kebenarannya masing-masing karena keyakinan tidak bisa dipaksakan. Untuk itu, antar penganut agama hendaknya menghargai keyakinan orang lain (toleran).

Mari kita renungkan lagi firman Allah ini : Tidak ada paksaan di dalam agama (QS al Baqarah : 206). Firmannya yang lain : Bagimu agamamu, bagiku agamaku (QS. Al Kafirun :6).

 

Demi memelihara kerukunan beragama sikap toleransi harus dikembangkan untuk menghindari konflik. Biasanya konflik antara umat beragama disebabkan oleh sikap merasa paling benar (truth claim) dengan cara mengeliminasi kebenaran dari orang lain. Sebagai makhluk yang diberi kelebihan untuk membaca, memahami, menganalisis dan menafsirkan wahyu Tuhan, terkadang manusia sering melampaui wewenangnya tersebut. Sebagai penafsir dan penyeru ajaran Tuhan, manusia terkadang merasa “mewakili” Tuhan dalam menentukan kebenaran, surga, dosa, pahala dan lain-lain. Bahkan memvonis kelompok lain sebagai sesat. Bila manusia sudah merasa “menjadi” Tuhan dengan menjustifikasi kelompok lain menjadi sesat maka sifat congkak akan menghinggapinya lalu menghalalkan segala macam cara untuk menghancurkan keyakinan yang lain.

Sikap eksklusif dalam beragama inilah yang menghancurkan kerukunan kehidupan beragama. Sifat ini selalu menutup kemungkinan kebenaran the other. Eksklusivme jelas bertentangan dengan Islam yang selalu menyerukan dialog, ishlah, dan musyawarah dalam menjaga hubungan sosial.

Islam selalu mengedepankan sikap keterbukaan (inklusif) ketimbang sikap benci dan permusuhan. Ajaran Islam secara jelas melarang sikap menghujat dan atau mendiskreditkan kelompok lain. Firman Allah :S

Hei orang-orang yang beriman, jangan lah suatu kaum mengolok-olok kaum lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok)” (QS. Al Hujurat : 10)

 

Selain itu Islam senantiasa mengajarkan penghargaan terhadap perbedaan. Perbedaan agama dan keyakinan merupakan Sunatullah yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Allah menciptakan keragaman dan kemajemukan (plural) agar umat manusia saling mengenal dan menjalin persaudaraan. Di dalam konteks hubungan sosial, tidak ada kebenaran tunggal yang paling berkuasa atas yang lainnya. Dominan kebenaran hanya milik wilayah Tuhan semata. Manusia tidak berhak “merangkap” sebagai Tuhan dengan mengaku paling benar lalu menstigma yang lain sebagai salah dan wajib dimusuhi serta masuk neraka.

*Ketua PW Fatayat NU DIY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here